Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk memakai wewangian, bahkan beliau sendiri gemar menggunakan parfum dalam kehidupan sehari-hari. Dari sunnah Rasulullah ini, peradaban Islam kemudian mengembangkan tradisi penggunaan parfum. Kaum Muslimin seringkali mencampurkan ekstrak parfum dengan bahan-bahan bangunan untuk mendirikan masjid, sehingga selain kokoh, masjid-masjid itu juga beraroma harum.
Kebiasaan ini diikuti oleh para sultan Muslim, dan para ilmuwan pun mulai melakukan berbagai eksperimen untuk menemukan cara yang lebih efisien dan massal dalam memproduksi wewangian. Salah satu tokoh penting dalam pengembangan industri parfum adalah kimiawan Muslim abad ke-12, Al-Isybili, yang mencatat bahwa pada masa kejayaan Islam, terdapat lebih dari sembilan buku teknis yang menjadi panduan dalam pengelolaan industri parfum.
Salah satu tokoh penting lainnya yang berperan dalam pengembangan industri parfum adalah Jabir bin Hayyan (wafat 806 M). Berdasarkan penemuannya, aroma yang dihasilkan dari tumbuh-tumbuhan dapat diubah menjadi uap air. Pada masa itu, parfum disimpan dalam botol yang berisi air atau minyak yang mengandung ekstrak wewangian. Jabir mengembangkan berbagai teknik untuk mendapatkan saripati wewangian dari berbagai bahan, termasuk proses destilasi, evaporasi, dan filtrasi. Ketiganya adalah metode pemisahan campuran yang menggunakan prinsip yang berbeda.
Destilasi memisahkan campuran dua cairan dengan titik didih yang berbeda. Prinsipnya adalah memanaskan campuran sampai komponen dengan titik didih terendah menguap, kemudian mengkondensasi uap tersebut menjadi cairan murni. Contohnya, pengolahan air laut menjadi garam dan pemisahan minyak bumi menjadi produk hidrokarbon.
Evaporasi memisahkan zat terlarut yang titik didihnya lebih tinggi dari pelarutnya. Prinsipnya adalah perbedaan kemampuan menguap dari zat-zat dalam larutan. Contohnya, produksi garam laut.
Filtrasi memisahkan padatan yang tersuspensi dalam cairan atau gas. Prinsipnya adalah menggunakan filter, seperti kertas saring atau saringan, untuk menahan padatan sementara cairan atau gas melewati. Contohnya, pengolahan air dan persiapan kopi.
Keberhasilan Jabir bin Hayyan dalam bidang parfum kemudian dilanjutkan dan dikembangkan oleh al-Kindi (801--873 M), yang bahkan dikenang sebagai 'Bapak Parfum'. Berkat penelitian dan eksperimennya, al-Kindi berhasil menggabungkan berbagai aroma dari beragam bahan untuk menciptakan sensasi aromatik yang unik. Ia menulis dua kitab khusus yang membahas tentang wewangian, yaitu Kitab al-Taraffuq fii al-'Ithr dan Kitab Kimiya al-'Ithr wa al-Tasidat. Buku-buku tersebut tidak hanya mengupas proses pembuatan parfum, seperti penyulingan minyak bunga mawar, tetapi juga mengulas lebih dari 100 jenis wewangian, air aromatik, serta obat-obatan herbal.
Selanjutnya, ada Abu al-Qasim Khalaf bin al-Abbas al-Zahrawi, ilmuwan yang dikenal di dunia Barat dengan nama Abulcasis. Ia merupakan seorang dokter terkenal, bahkan dianggap sebagai ahli bedah terkemuka pada Abad Pertengahan. Selain menguasai bidang medis, al-Zahrawi juga mendalami kimia dan botani. Karya monumentalnya, Kitab al-Tasrif, adalah ensiklopedia yang terdiri dari 30 jilid dan menjadi referensi utama di universitas-universitas Eropa antara abad ke-12 dan ke-17.
Salah satu jilid dari kitab tersebut membahas tentang wewangian, yang dianggap al-Zahrawi sebagai bagian dari kosmetik. Ia percaya bahwa kosmetik merupakan cabang ilmu medis yang berkaitan dengan kecantikan. Salah satu temuan al-Zahrawi adalah stik pewarna berbentuk silindris untuk bibir, yang kini kita kenal sebagai lipstik. Selain itu, ia juga menemukan krim penghilang bau badan yang digunakan di ketiak, yang bisa dianggap sebagai penemuan deodoran.
Pada volume 19 Kitab al-Tasrif, al-Zahrawi juga menjelaskan tentang pewarna rambut yang dapat mengubah warna pirang menjadi hitam, serta cara-cara merawat rambut, bahkan memberikan petunjuk tentang bagaimana memperbaiki kondisi rambut yang kusut. Ia pula yang memelopori tradisi membawa bunga saat membesuk pasien di rumah sakit.
Selanjutnya, ada Ibnu Sina (980--1037 M), yang juga memberikan kontribusi besar dalam perkembangan industri parfum. Tokoh yang dikenal di Barat dengan nama Avicenna ini memperkenalkan metode ekstraksi minyak dari bunga-bunga melalui proses distilasi. Ia tercatat sebagai ilmuwan pertama yang melakukan eksperimen dengan mawar. Salah satu penemuannya yang penting adalah parfum cair, yang merupakan campuran antara minyak dan bahan herbal yang dihancurkan atau ekstrak kelopak bunga. Hasilnya adalah parfum dengan aroma yang lebih tahan lama.
Sejarah mencatat bahwa peradaban Islam telah memberikan sumbangsih yang besar, termasuk dalam menghadirkan parfum ke dunia. Para ilmuwan Muslim berjasa dalam meriset dan mengembangkan berbagai proses ekstraksi wewangian, seperti melalui teknologi distilasi uap.
Parfum masuk ke Eropa melalui Andalusia, dibawa oleh orang-orang Kristen yang kembali dari Perang Salib. Dengan demikian, wewangian khas Arab mulai dikenal di Eropa pada abad ke-11. Catatan dari 'Pepperers Guild of London' yang berasal dari abad ke-12 mencatat bahwa perdagangan antara umat Nasrani Eropa dan Muslim meliputi berbagai komoditas, di antaranya parfum yang menjadi salah satu produk unggulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H