Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Toilet Duduk dan BAB Jongkok dalam Islam

14 November 2024   10:06 Diperbarui: 14 November 2024   10:16 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.alodokter.com

Toilet merupakan salah satu fasilitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Keberadaannya sangat penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan. Toilet paling awal yang diketahui berasal sekitar 5.000 tahun lalu di Mesopotamia kuno. Kawasan tersebut di era modern saat ini membentang di Irak, Iran, Kuwait, Suriah, dan Turki.

Secara umum, terdapat dua jenis toilet yang digunakan di berbagai negara, yaitu toilet duduk dan toilet jongkok. Toilet duduk ditemukan oleh Sir John Harington pada 1596. Sejak itu terus mengalami perkembangan. Alexander Cummings mematenkan toilet flush pertama  tahun 1775. Tapi toilet baru mulai dikenal masyarakat luas pada pertengahan tahun 1850-an, ketika Thomas Crapper muncul.

Toilet duduk biasanya ditemukan di negara-negara dengan sistem sanitasi modern. Toilet ini umumnya dipasang dengan posisi duduk, sehingga pengguna harus duduk dengan punggung tegak dan kaki terlipat.

Bagi sebagian orang, toilet duduk lebih nyaman dipakai. Terutama bagi lansia, wanita yang hamil besar, atau penderita cedera lutut. Toilet duduk lebih mudah digunakan karena kita tidak perlu repot menyiram kotoran bekas buang air besar (BAB) dengan air gayung seperti halnya dalam toilet jongkok.

Toilet jongkok digunakan di seluruh dunia, tetapi sangat umum di beberapa negara Asia dan Afrika, serta di beberapa negara Muslim seperti Timur Tengah. Toilet jongkok juga umum ditemukan di Rusia dan beberapa bagian Eropa Timur lainnya. 

Di Indonesia lebih banyak menggunakan toilet jongkok daripada toilet duduk. Pengguna toilet ini harus jongkok saat buang air besar, dengan posisi tubuh yang lebih rendah ke tanah dan kaki ditekuk.

Meskipun penggunaan toilet duduk lebih umum di banyak negara modern, dalam Islam, beberapa ulama berpendapat bahwa toilet jongkok lebih dianjurkan karena beberapa alasan:

Pertama, kesehatan. Posisi jongkok dikatakan lebih alami dan lebih baik untuk proses pembuangan kotoran. Dengan jongkok, saluran pencernaan lebih terbuka, yang dapat membantu proses pembuangan menjadi lebih lancar dan mengurangi risiko sembelit atau gangguan pencernaan.

Kedua, kebersihan. Toilet jongkok meminimalkan kontak tubuh dengan tempat duduk yang mungkin tidak bersih. Dengan posisi jongkok, sebagian besar tubuh tidak bersentuhan langsung dengan area toilet, yang dianggap lebih higienis.

Ketiga, adab dan kesopanan. Dalam tradisi Islam, penggunaan toilet jongkok seringkali dianggap lebih sesuai dengan adab, karena tidak ada permukaan toilet yang harus diduduki, yang mengurangi risiko ketidaknyamanan dalam hal kesucian tubuh.

Selain tiga alasan tersebut, toilet duduk ternyata juga bisa membawa beberapa bahaya bagi kesehatan, antara lain: Pertama, penyakit menular. Toilet duduk bisa menjadi sarang bakteri dan virus, seperti E. coli, Shigella, hepatitis A, dan norovirus. Bakteri-bakteri ini dapat ditularkan melalui kulit yang bersentuhan langsung dengan dudukan toilet yang kotor.

Kedua, dermatitis. Peradangan kulit atau dermatitis bisa terjadi akibat bersentuhan dengan dudukan toilet yang kotor atau bahan kimia pembersih. Gejalanya berupa ruam merah, gatal-gatal, kulit kering, pecah-pecah, dan bersisik.

Ketiga, wasir. Posisi duduk saat buang air besar di toilet duduk bisa memperburuk gejala wasir. Hal ini karena proses pengeluaran kotoran menjadi lebih sulit sehingga tubuh mengejan lebih keras. 

Wasir atau hemoroid adalah pembengkakan atau pembesaran pembuluh darah yang terdapat di sekitar anus atau rektum bagian bawah. Wasir dapat sangat mengganggu kenyamanan penderitanya, dan dalam kasus yang parah, bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa.

Keempat, konstipasi. Duduk terlalu lama di toilet bisa menyebabkan konstipasi atau sembelit, yaitu kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan BAB, sering kali disertai dengan rasa sakit atau ketegangan saat mengeluarkan tinja.

Kelima, otot panggul melemah. Otot-otot panggul berfungsi untuk mendukung berbagai organ dalam tubuh, termasuk kandung kemih, usus, dan rahim (pada wanita), serta berperan dalam proses buang air besar dan buang air kecil. 

Duduk terlalu lama atau dalam posisi yang salah dapat menyebabkan kelemahan otot panggul, yang dikenal dalam istilah medis sebagai disfungsi otot panggul atau panggul lemah (pelvic floor dysfunction).

Berapa lama sebaiknya waktu yang kita butuhkan untuk BAB di toilet? Urologis di Aeroflow Urology, AS, dr. Aleece Fosnight, merekomendasikan tidak lebih dari 8-10 menit. Adapun dr. Michael Valente, seorang ahli bedah kolorektal di Klinik Cleveland, AS, mengatakan 5 menit harus menjadi waktu maksimum untuk duduk atau jongkok di toilet.

Kebersihan dalam Islam sangatlah penting. Toilet jongkok, meskipun lebih tradisional, sering kali dipandang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip kebersihan dan kesehatan dalam Islam. Tapi meskipun BAB dalam posisi jongkok lebih sehat, kita sebaiknya tidak jongkok di toilet duduk, karena bisa menyebabkan kloset retak atau pecah. Solusi terbaiknya adalah gunakan tumpuan untuk kaki dengan ketinggian sekitar 30 cm. Cara ini membuat kita bisa melakukan posisi BAB yang lebih sehat dan aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun