Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Setelah menulis cerpen dan film di Kompasiana (akan dibukukan), sekarang menulis tema religi dan kesehatan. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Qailulah dan Budaya Tidur Siang

1 November 2024   14:09 Diperbarui: 1 November 2024   14:15 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Qailulah adalah istilah untuk tidur siang yang dianjurkan Rasulullah saw, yaitu sebelum atau sesudah shalat Zuhur. Waktu pelaksanaannya biasanya pukul 11.00 hingga menjelang pukul 14.00. Durasi yang direkomendasikan adalah 20 hingga 30 menit. Tidur siang yang berlebihan dapat meningkatkan risiko terkena stroke.

Tidur siang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Meningkatkan sistem imun, meningkatkan daya ingat, mengurangi stres, menurunkan tekanan darah, meningkatkan performa, dan membantu tumbuh kembang anak.

Di Spanyol qailulah dikenal dengan istilah siesta. Dalam bahasa Spanyol artinya 'tidur siang'. Siesta adalah tidur siang singkat yang dilakukan pada sore hari, sering kali setelah makan siang. Biasanya antara pukul 2 dan 5 sore, periode ini digunakan untuk tidur, bersantai, makan siang, atau kegiatan lainnya.

Siesta merupakan tradisi lama di Spanyol dan di sebagian besar Amerika Latin dan Filipina. Secara historis umum dilakukan di seluruh Mediterania dan Eropa Selatan, Timur Tengah, daratan Tiongkok, dan anak benua India. Di banyak negara yang mempraktikkan siesta, panasnya musim panas bisa tak tertahankan di sore hari, sehingga istirahat siang di rumah terasa menyenangkan.

Di Amerika dan Eropa qailulah biasa disebut dengan power nap atau tidur siang singkat, yaitu kebiasaan tidur sejenak selama 10 sampai 30 menit untuk menyegarkan pikiran dan tubuh tanpa memasuki fase tidur yang dalam. Power nap sudah menjadi kebiasaan di perusahaan besar seperti Google, Nike, dan NASA.

Untuk mendapatkan manfaat yang positif, beberapa hal berikut perlu kita perhatikan. Waktu tidur siang yang tepat di antara pukul 1 siang hingga 3 sore. Hindari tidur siang lebih dari 1 jam, karena dapat menyebabkan kebingungan dan kelelahan setelah bangun. Setelah bangun, kita bisa berjemur di bawah sinar matahari, memercikkan air ke wajah, atau minum secangkir kopi berkafein. Hindari kafein dalam waktu delapan jam sebelum tidur.  

Power nap memiliki beberapa macam manfaat. Pertama, meningkatkan stamina dalam bekerja. Dilansir dari Nature Neuroscience, stamina partisipan dalam sebuah penelitian yang tidur siang 30 menit setiap hari cenderung lebih baik dibandingkan partisipan yang tidak tidur siang. Stamina yang prima berdampak pada performa kerja yang baik.

Kedua, meningkatkan fokus dan konsentrasi saat bekerja. Studi yang dilakukan Universitas California, Amerika, menyimpulkan bahwa tidur siang membantu kinerja otak lebih baik. Ketika kinerja otak membaik, orang akan lebih mudah fokus dan konsentrasi bekerja. The National Sleep Foundation menyarankan untuk tidur siang selama 20 hingga 30 menit setiap hari. Waktu tersebut dianggap optimal untuk meningkatkan fokus, stamina, dan performa kerja.

Ketiga, menurunkan risiko penyakit jantung. Sebuah studi selama 6 tahun mengaitkan antara tidur siang dengan penurunan risiko penyakit jantung. Studi tersebut melibatkan 23.681 pria Yunani. Hasilnya, partisipan yang tidur siang lebih dari 3 kali per minggu, risiko terkena penyakit jantung turun hingga 37 persen.

Adapun di Jepang, qailulah punya istilah lain, yaitu inemuri. Inemuri dapat dilakukan dalam berbagai kondisi, seperti tidur di tempat kerja, di kereta bawah tanah, di pertokoan, kafe, atau restoran, di tempat kosong atau di trotoar yang ramai. Secara harfiah, inemuri berarti 'hadir sembari tidur'. Dalam melakukan inemuri, orang Jepang biasanya tetap tegak untuk menunjukkan bahwa mereka masih terlibat secara sosial.

Seni tidur inemuri telah lama dilakukan orang Jepang, yaitu selama lebih dari 1.000 tahun. Inemuri merupakan tradisi atau budaya umum di Jepang, terutama di kalangan sarariman alias pekerja kantoran yang bergaji, terutama yang bekerja di perusahaan besar.

Pemerintah dan perusahaan Jepang mendukung praktik inemuri dengan memberikan waktu istirahat bagi karyawan dan mengurangi jam lembur. Seseorang yang tidur siang di tempat kerja dianggap telah mengorbankan waktu tidurnya untuk bekerja lebih giat. Oleh karena itu, kebiasaan ini mendapatkan toleransi yang tinggi. Mereka yang sedang inemuri biasanya dibiarkan, asalkan tidak membahayakan.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang, sekitar 39,5 persen masyarakat Jepang tidur kurang dari 6 jam setiap malam. Dari fakta ini, timbul rasa empati dan penerimaan yang tinggi terhadap individu yang tidur di tempat kerja. Mereka dianggap terlalu lelah karena bekerja hingga mengorbankan waktu istirahat malam mereka.

Tidur siang di Jepang bukan hanya mereka yang bekerja. Anak-anak sekolah juga. Tidur siang di sekolah Jepang disebut hirune dan merupakan bagian penting dari budaya belajar di Jepang. Beberapa sekolah di Jepang bahkan mengizinkan siswa membawa selimut atau bantal pribadi untuk tidur siang. Program ini dilakukan selama 10 menit setelah makan siang.

Lalu bagaimana dengan kita di Indonesia? Apakah budaya tidur siang perlu diadopsi di sini? Kalau ada calon pejabat yang salah satu program kerjanya adalah membudayakan tidur siang di perkantoran dan sekolah pasti saya pilih!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun