Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dari Wayang Sunan Kalijaga ke Film Religi

31 Oktober 2024   07:42 Diperbarui: 1 November 2024   04:33 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.themoviedb.org

Indonesia dikenal dengan kekayaan budaya dan tradisinya, salah satunya adalah seni pertunjukan wayang. Wayang, khususnya wayang kulit dan wayang golek, tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana dakwah yang efektif.

Salah satu tokoh yang terkenal menggunakan wayang untuk menyebarkan ajaran Islam adalah Raden Syahid atau Said. Sebagai keturunan bangsawan, ia memiliki beberapa nama, seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban, dan Raden Abdurrahman. Tapi ia lebih dikenal sebagai Sunan Kalijaga, salah satu dari Wali Songo.

Sebagai dalang, ia dikenal dengan julukan Ki Dalang Sida Brangti, Ki Dalang Kumendung, Ki Dalang Bengkok, atau Ki Unehan. Berbeda dengan pertunjukan wayang lainnya, ia tidak mematok tarif sama sekali, melainkan cukup dengan menyebut Kalimosodo atau dua kalimat syahadat sebagai tiket masuknya.

Sunan Kalijaga dikenal sebagai sosok yang inovatif dalam menyebarkan Islam di Jawa. Ia menggunakan wayang sebagai alat untuk mengajak masyarakat memahami dan menerima ajaran Islam. Dengan menggunakan wayang yang sudah dikenal oleh masyarakat, ia berhasil menarik perhatian mereka untuk mendengarkan pesan Islam.

Sunan Kalijaga mengubah cerita wayang yang biasanya bertema Ramayana dan Mahabarata menjadi cerita Islam. Ia menambahkan karakter-karakter baru seperti punakawan yang terdiri atas Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng. Ia menciptakan lakon-lakon baru yang diadaptasi dari naskah kuno, seperti Dewa Ruci, Layang Kalimasada, dan Petruk Jadi Raja.

Sunan Kalijaga mengubah bentuk wayang yang semula realis menjadi bentuk kreasi baru. Ia mengubah perspektif cerita wayang dari polities menjadi monoteis. Ia mengajarkan nilai-nilai tasawuf dan ajaran Islam melalui tokoh Yudistira dan Bima. Wayang bukan hanya ditonton, tetapi juga melibatkan masyarakat dalam setiap pertunjukan. Ini menciptakan ruang interaksi sosial yang positif, di mana orang-orang berkumpul dan berdiskusi mengenai nilai-nilai yang disampaikan.

Seiring dengan perkembangan zaman, seni pertunjukan mengalami transformasi. Salah satu media yang kini populer adalah film. Film religi jaman sekarang dapat dianggap sebagai 'pengganti' dakwah wayang Sunan Kalijaga karena beberapa alasan.

Pertama, media modern. Seperti wayang, film juga merupakan bentuk seni yang mampu menyampaikan pesan dengan cara yang menarik. Film bahkan memiliki jangkauan yang lebih luas dan dapat diakses dengan lebih mudah oleh berbagai kalangan, termasuk generasi muda yang lebih familiar dengan teknologi.

Kedua, konten edukatif. Banyak film religi yang mengangkat nilai-nilai moral dan spiritual yang sejalan dengan ajaran agama. Ini mirip dengan fungsi wayang yang menyampaikan cerita-cerita dakwah dan teladan kehidupan.

Ketiga, daya tarik visual. Film menggunakan elemen visual dan audio yang lebih menarik, sehingga mampu menangkap perhatian penonton lebih efektif. Ini mirip dengan penggunaan visualisasi dalam pertunjukan wayang yang memikat audiens.

Keempat, variasi cerita. Film religi menawarkan beragam cerita yang bisa diadaptasi dari kisah-kisah sejarah, kehidupan nabi, atau nilai-nilai spiritual, mirip dengan beragam cerita dalam pertunjukan wayang yang disesuaikan dengan konteks sosial dan budaya.

Dan kelima, interaksi dan diskusi. Film dapat memicu diskusi dan refleksi di kalangan penonton, memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai religius. Wayang juga memiliki fungsi serupa dengan mengundang audiens untuk berpikir dan merenungkan.

Dengan semua aspek ini, film religi tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana dakwah yang relevan di era modern, melanjutkan tradisi yang dimulai oleh Sunan Kalijaga dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan zaman.

Film religi di Indonesia mulai berkembang pesat sejak tahun 2000-an, dengan banyaknya produksi film yang mengangkat tema-tema keagamaan. Menurut data dari Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI), jumlah film religi yang diproduksi meningkat pesat. Dari hanya beberapa judul pada awal 2000-an, kini ratusan film religi telah dirilis, mencakup berbagai tema, dari kisah para nabi hingga kehidupan sehari-hari umat Muslim.

Beberapa film religi berhasil meraih kesuksesan komersial dengan meraih lebih dari satu juta penonton. Perempuan Berkalung Sorban (2009), Ketika Cinta Bertasbih (2009), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2009), Sang Pencerah (2010), Sang Kiyai (2013), 99 Cahaya di Langit Eropa (2013), Surga Yang Tak Dirindukan (2015), Surga Yang Tak Dirindukan 2 (2017), Ayat-Ayat Cinta 2 (2017). 

 Ayat-Ayat Cinta (2008), yang disutradarai Hanung Bramantyo, sukses besar di box office dengan lebih dari tiga juta penonton. Film-film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang kuat.

Perjalanan dari wayang yang dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga menuju film religi saat ini menunjukkan evolusi dalam cara penyampaian dakwah. Wayang menjadi sarana dakwah yang efektif pada masanya, sedangkan film religi kini menjadi alternatif modern untuk menyebarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat. 

Dengan memanfaatkan teknologi dan kreativitas, film religi dapat meneruskan misi dakwah yang telah dimulai oleh para wali, menjangkau generasi baru dengan cara yang relevan dan menarik. Transformasi ini membuktikan bahwa dakwah dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan esensi ajarannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun