Keempat, variasi cerita. Film religi menawarkan beragam cerita yang bisa diadaptasi dari kisah-kisah sejarah, kehidupan nabi, atau nilai-nilai spiritual, mirip dengan beragam cerita dalam pertunjukan wayang yang disesuaikan dengan konteks sosial dan budaya.
Dan kelima, interaksi dan diskusi. Film dapat memicu diskusi dan refleksi di kalangan penonton, memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai religius. Wayang juga memiliki fungsi serupa dengan mengundang audiens untuk berpikir dan merenungkan.
Dengan semua aspek ini, film religi tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana dakwah yang relevan di era modern, melanjutkan tradisi yang dimulai oleh Sunan Kalijaga dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
Film religi di Indonesia mulai berkembang pesat sejak tahun 2000-an, dengan banyaknya produksi film yang mengangkat tema-tema keagamaan. Menurut data dari Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI), jumlah film religi yang diproduksi meningkat pesat. Dari hanya beberapa judul pada awal 2000-an, kini ratusan film religi telah dirilis, mencakup berbagai tema, dari kisah para nabi hingga kehidupan sehari-hari umat Muslim.
Beberapa film religi berhasil meraih kesuksesan komersial dengan meraih lebih dari satu juta penonton. Perempuan Berkalung Sorban (2009), Ketika Cinta Bertasbih (2009), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2009), Sang Pencerah (2010), Sang Kiyai (2013), 99 Cahaya di Langit Eropa (2013), Surga Yang Tak Dirindukan (2015), Surga Yang Tak Dirindukan 2 (2017), Ayat-Ayat Cinta 2 (2017).Â
 Ayat-Ayat Cinta (2008), yang disutradarai Hanung Bramantyo, sukses besar di box office dengan lebih dari tiga juta penonton. Film-film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan moral yang kuat.
Perjalanan dari wayang yang dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga menuju film religi saat ini menunjukkan evolusi dalam cara penyampaian dakwah. Wayang menjadi sarana dakwah yang efektif pada masanya, sedangkan film religi kini menjadi alternatif modern untuk menyebarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat.Â
Dengan memanfaatkan teknologi dan kreativitas, film religi dapat meneruskan misi dakwah yang telah dimulai oleh para wali, menjangkau generasi baru dengan cara yang relevan dan menarik. Transformasi ini membuktikan bahwa dakwah dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan esensi ajarannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H