Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sabun Muslim dan Budaya Jarang Mandi Orang Eropa

30 Oktober 2024   10:59 Diperbarui: 30 Oktober 2024   13:20 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://nationalgeographic.grid.id/

Kebiasaan mandi yang jarang juga ada di kalangan raja dan ratu Eropa pada masa itu. Banyak aristokrat lebih memilih cara lain untuk menjaga kebersihan, seperti penggunaan parfum dan salep. Seiring waktu, kesadaran akan pentingnya kebersihan pribadi mulai meningkat, terutama di era Renaisans dan seterusnya.

Lalu bagaimana dengan sabun mandi? Perkembangan sabun selama Abad Pertengahan di dunia Islam dan Eropa memiliki jalur yang berbeda. Zaman Keemasan Islam (sekitar abad ke-8 hingga ke-14) merupakan periode penting bagi ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Para ilmuwan Muslim seperti al-Razi dan Ibn Sina melakukan penelitian mendalam tentang kimia, termasuk proses pembuatan sabun. Mereka menemukan bahwa sabun dapat dibuat dari lemak hewani dan minyak nabati yang dicampur dengan alkali. Ini menghasilkan sabun yang lebih halus dan berkualitas.

Kebiasaan mandi dan pentingnya kebersihan diperkuat melalui adanya hammam, atau pemandian umum, yang menjadi pusat sosial dan kebersihan di masyarakat Muslim. Di sini, sabun digunakan secara luas, dan produk-produk sabun mulai diperdagangkan.

Di dunia Islam, sabun sering ditambahkan dengan minyak esensial dan bahan aromatik, meningkatkan nilai dan popularitasnya. Produk-produk ini tidak hanya berfungsi untuk membersihkan, tetapi juga memberikan pengalaman menyenangkan.

Adapun di Eropa, praktik pembuatan sabun selama Abad Pertengahan lebih sederhana dan kurang terorganisir dibandingkan dengan di dunia Islam. Sabun sering dibuat dari lemak hewani dan abu kayu, tetapi kualitasnya tidak sebaik sabun yang diproduksi di dunia Islam.

Masyarakat Eropa pada masa itu memiliki pandangan yang berbeda tentang kebersihan. Mandi tidak selalu dianggap penting, dan penggunaan sabun sering kali terbatas. Kebiasaan mandi yang jarang berkontribusi pada stereotip tentang kebersihan di kalangan aristokrasi.

Pada akhir Abad Pertengahan, pengetahuan dan teknik pembuatan sabun dari dunia Islam mulai memasuki Eropa, terutama melalui perdagangan dan pertemuan budaya, membantu meningkatkan kualitas dan variasi sabun yang diproduksi di Eropa.

Dengan kemajuan teknologi pada abad ke-18 dan ke-19, pembuatan sabun di Eropa menjadi lebih efisien. Penemuan proses saponifikasi yang lebih baik dan penggunaan bahan tambahan seperti pewarna dan wewangian membawa perubahan signifikan dalam industri sabun.

Perkembangan sabun di dunia Islam selama Abad Pertengahan menunjukkan inovasi yang signifikan dan pengakuan terhadap pentingnya kebersihan. Sementara itu, Eropa, yang awalnya memiliki kebiasaan mandi yang kurang baik, mulai beradaptasi dengan pengetahuan yang berasal dari dunia Islam. 

Proses pertukaran budaya ini tidak hanya meningkatkan praktik kebersihan tetapi juga memperkaya industri sabun secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun