Sebagai seorang penulis, saya mengagumi karya-karya Dan Brown. Digital Fortress, Angels and Demons, Deception Point, The Da Vinci Code. Saya juga sudah menonton film-film hasil adaptasi bukunya, termasuk Inferno (2016). Saya pernah baca kalau dia menggunakan terapi inversi untuk membantu mengatasi hambatan menulis . Ia memakai sepatu bot gravitasi dan bilang, "Bergantung terbalik tampaknya membantu saya memecahkan tantangan plot dengan menggeser seluruh perspektif saya."
Terapi inversi adalah metode yang melibatkan membalikkan tubuh atau sebagian tubuh untuk meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi tekanan pada tulang belakang. Ini biasanya dilakukan dengan menggunakan alat seperti meja inversi atau sepatu inversi. Sepatu bot inversi dirancang untuk membantu pengguna membalikkan tubuh. Beberapa sepatu ini dilengkapi dengan pengait atau strap untuk mengamankan kaki.
Terapi inversi memiliki beberapa manfaat, antara lain mengurangi tekanan pada diskus tulang belakang, membantu darah mengalir ke otak dan organ tubuh lainnya, dapat membantu mengurangi stres dan ketegangan, serta membantu melonggarkan otot-otot dan sendi.
Sebenarnya ada cara yang lebih mudah dan murah dibanding terapi ini, dan hasilnya juga lebih baik. Cara itu adalah sujud, salah satu gerakan dalam ibadah shalat umat Islam yang menempelkan kening, telapak tangan, lutut, dan ujung jari kaki ke lantai. Dalam posisi ini, dahi atau kening menjadi titik kontak utama dengan lantai. Gerakan ini tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga membawa manfaat fisik dan kesehatan mental.
Sujud melibatkan posisi kepala yang lebih rendah dari jantung, yang dapat membantu meningkatkan aliran darah ke otak. Penelitian menunjukkan bahwa posisi terbalik, seperti saat sujud, dapat merangsang sirkulasi dan membantu mengurangi risiko tekanan darah tinggi.
Gerakan sujud yang melibatkan pernapasan dalam dan meditasi dapat mengurangi stres. Menurut sebuah studi dari Universitas Harvard, praktik meditasi dan kesadaran dapat menurunkan kadar hormon stres, seperti kortisol.
Posisi sujud melibatkan berbagai otot, termasuk otot punggung, leher, dan lengan. Praktik rutin dapat meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot, serta membantu mencegah cedera. Melalui praktik sujud yang konsisten, seseorang tidak hanya mendapatkan manfaat spiritual, tetapi juga kesehatan fisik yang signifikan.
Sujud dapat membantu mengurangi ketegangan pada tulang belakang dan meningkatkan postur tubuh. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of Physical Therapy Science, ditemukan bahwa gerakan yang melibatkan posisi terbalik dapat mengurangi nyeri punggung bawah.
Sujud tidak hanya bermanfaat untuk tubuh, tetapi juga untuk jiwa. Praktik spiritual yang konsisten dapat meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional. Sebuah studi di Journal of Positive Psychology menunjukkan bahwa praktik religius dapat meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan hidup.
Selain dalam ajaran Islam, konsep sujud atau gerakan serupa juga terdapat dalam beberapa tradisi dan agama lainnya. Dalam tradisi Yahudi, ada praktik sujud yang dilakukan saat berdoa, terutama selama ibadah di sinagoga. Sujud dalam konteks ini melibatkan menundukkan kepala dan tubuh sebagai tanda penghormatan kepada Tuhan. Sujud atau berlutut merupakan salah satu gerakan yang dilakukan dalam ibadah Yahudi, terutama pada akhir Amidah, yang dibacakan tiga kali sehari.
Dalam banyak denominasi Kristen, sujud atau posisi merendahkan diri saat berdoa juga dianjurkan. Ini bisa melibatkan berlutut atau berbaring di tanah sebagai ungkapan kerendahan hati dan penghormatan. Dalam ibadah Ortodoks Timur (Ritus Bizantium), sujud didahului dengan membuat tanda salib dan terdiri dari berlutut dan menyentuhkan kepala ke lantai . Sujud umumnya dilakukan pada saat-saat tertentu selama kebaktian dan saat menghormati relik atau ikon.
Dalam beberapa praktik spiritual Hindu, posisi sujud dilakukan sebagai bentuk pengabdian dan penghormatan kepada dewa-dewi. Sujud dalam agama Hindu disebut astanga pranama atau dandavat yang berarti 'seperti tongkat'. Sujud merupakan bagian dari ritual keagamaan puja yang terdiri dari delapan anggota. Selain itu, ada juga panchanga pranama yang merupakan sujud dengan lima anggota.
Beberapa tradisi Buddhis juga melibatkan posisi sujud saat berdoa atau meditasi. Sujud dalam agama Buddha disebut namaskara dalam bahasa Sanskerta dan panipata dalam bahasa Pali. Sujud merupakan gerakan yang dilakukan untuk menunjukkan rasa hormat kepada Tiga Permata Agama Buddha, yaitu Buddha, Dharma, dan Sangha. Sujud juga bisa dilakukan untuk menghormati objek pemujaan lainnya.
Bedanya, sujud dalam Islam tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga merupakan bagian integral dari hubungan spiritual dengan Allah SWT, menciptakan kedekatan yang unik dan mendalam. Ini menjadikan sujud sebagai praktik yang sangat khas dan identik dengan identitas Muslim.
Terapi inversi juga memiliki beberapa manfaat kesehatan yang mirip dengan sujud. Bedanya, sujud bertujuan sebagai ibadah dan spiritualitas, sedangkan terapi inversi sebagai terapi fisik dan rehabilitasi. Resiko sujud umumnya rendah, sedangkan terapi inversi dapat berisiko bagi orang dengan tekanan darah tinggi atau masalah jantung. Sujud tidak memerlukan alat khusus, sedangkan terapi inversi memerlukan meja inversi atau sepatu inversi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H