Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Setelah menulis cerpen dan film di Kompasiana (akan dibukukan), sekarang menulis tema religi dan kesehatan. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film Animasi vs Live Action

11 Oktober 2024   08:27 Diperbarui: 12 Oktober 2024   13:05 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Animasi vs Live Action | Sumber: imdb.com

Film merupakan bentuk seni yang kaya dan beragam, dan dua dari genre paling populer adalah film animasi dan film live action. Keduanya memiliki ciri khas, teknik pembuatan, dan penggemar yang berbeda. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi kedua jenis film ini, melihat perbedaan, dan berbagi beberapa fakta menarik tentang keduanya.

Film animasi adalah karya sinematik yang dibuat dengan menggambar, memodelkan, atau merender karakter dan latar belakang secara digital. Ada tiga teknik dalam animasi. 

Animasi 2D: Menggunakan gambar dua dimensi, biasanya dengan gaya kartun. Contoh terkenal adalah Disney's Snow White and the Seven Dwarfs (1937). 

Animasi 3D: Menggunakan model tiga dimensi dan teknologi komputer. Film seperti Toy Story (1995) adalah contoh awal animasi 3D yang sukses secara komersial. 

Stop Motion: Menggunakan objek nyata yang dipindahkan sedikit demi sedikit untuk menciptakan ilusi gerakan. Contoh terkenal adalah The Nightmare Before Christmas (1993).

Dalam animasi, batasan fisik dapat diabaikan, memungkinkan penciptaan dunia yang fantastis dan karakter yang unik. Film animasi sering kali lebih mudah untuk menyampaikan pesan yang kompleks atau emosional kepada penonton dari segala usia. Contohnya, Frozen (2013) menjadi fenomena global dengan lagu Let It Go yang menjadi sangat populer di kalangan anak-anak dan orang dewasa. 

Walt Disney Animation Studios telah memproduksi lebih dari 60 film animasi fitur sejak didirikan pada tahun 1923. Pixar Animation Studios memproduksi sekitar 25 film animasi sejak berdiri, dengan rata-rata rating tinggi di Rotten Tomatoes.

Indonesia juga tak kalah dalam hal produksi film animasi. Battle of Surabaya (2015) berhasil mendapatkan banyak penghargaan dari dunia internasional. Tercatat lebih dari sepuluh penghargaan dengan predikat Best Animation. Mengambil kisah sejarah dari pertempuran 10 November 1945 yang terjadi di Surabaya. Menyoroti tokoh bernama Musa, seorang tukang semir sepatu sekaligus kurir yang mengantarkan pesan dari pejuang Surabaya.

Si Juki the Movie: Panitia Hari Akhir (2017) adalah film animasi Indonesia berdasarkan karakter komik karya Faza Meonk. Film ini bercerita tentang petualangan Juki, pemuda eksentrik yang terlibat dalam misi penyelamatan dunia dari ancaman asteroid yang akan jatuh ke bumi. Animasi ini cukup populer di berbagai belahan dunia. Bahkan komik The Jukie berkolaborasi dengan Nickelodeon. Mengulang kesuksesan film pertamanya lalu muncul sekuel Si Juki the Movie: Harta Pulau Monyet (2024).

Nussa (2021) adalah film animasi komedi keluarga Indonesia yang diproduksi oleh the Little Giantz dan Visinema Pictures. Film ini diadaptasi dari serial animasi pemenang kategori Film Animasi Terbaik Festival Film Indonesia 2019 berjudul sama. Hingga dua bulan penayangannya, film ini telah ditonton 443.498 orang, dan menduduki peringkat pertama film Indonesia terlaris 2021.

Adapun film live action adalah film yang menggunakan aktor nyata dan lokasi syuting nyata, meskipun bisa juga menggabungkan elemen efek khusus. Dalam film live action, penceritaan biasanya lebih bergantung pada dialog dan aksi langsung dari para pemeran. Penonton sering merasa lebih terhubung dengan aktor nyata, yang dapat memberikan penampilan emosional yang kuat. Live action dapat menawarkan visual yang lebih realistis dan detail, memberikan penonton pengalaman yang lebih mendalam.

Franchise seperti Harry Potter dan Marvel Cinematic Universe telah membuktikan bahwa film live action dapat meraih kesuksesan luar biasa dengan mengadaptasi karya-karya yang sudah ada menjadi format yang lebih mendunia. Menurut laporan Box Office Mojo, film animasi seperti Frozen II (2019) meraih lebih dari $1,45 miliar, sementara film live action seperti Avengers: Endgame (2019) mencetak lebih dari $2,798 miliar.

Film Avatar (2009) yang disutradarai oleh James Cameron, meskipun bukan film animasi murni, menggabungkan teknik live action dan animasi yang revolusioner, menghasilkan lebih dari $2,8 miliar di box office.

Film seperti Jurassic Park (1993) mengubah cara film live action dibuat dengan penggunaan CGI (Computer Generated Imagery) untuk menciptakan dinosaurus yang realistis. Film ini menjadi salah satu yang paling berpengaruh dalam sejarah sinematografi.

Film animasi dan live action masing-masing memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri. Film animasi memungkinkan kebebasan kreatif yang lebih besar, sementara film live action membawa kedalaman emosional yang kuat melalui penampilan aktor. Baik itu animasi atau live action, keduanya terus memberikan kontribusi besar pada dunia sinema dan memikat penonton di seluruh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun