Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bayang-Bayang Kerinduan

3 Oktober 2024   12:54 Diperbarui: 3 Oktober 2024   22:57 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu sore, ketika Ayu membacakan puisi tentang hujan, Rian merasakan dorongan untuk menyentuh dunia. "Ayu, bisa tidak aku merasakan hujan?" pintanya dengan penuh harapan.

Ayu tersenyum. "Tentu, Rian. Ayo keluar."

Ketika mereka melangkah keluar, Rian merasakan tetesan air di wajahnya. Hujan yang lembut mengusap kulitnya, dan dalam setiap tetes, dia merasakan kebebasan. Dia tertawa, suara riangnya seolah menggema di antara riuhnya hujan. Ayu mengenggam tangannya, dan di sana, Rian menemukan kenyamanan.

"Ini luar biasa," katanya, merasakan setiap detak air. "Aku merasa seperti bisa melihat."

Ayu tertawa, hatinya bergetar. "Kamu tidak harus melihat untuk merasakan, Rian. Kamu adalah seniman, dan senimu kini berbicara lebih dari yang pernah kamu lukis."

Hari demi hari, Rian semakin kuat. Dia mulai mengeksplorasi seni dengan cara baru. Dengan bantuan Ayu, dia menyentuh kanvas, merasakan bentuk dan tekstur, dan mendengarkan dunia di sekelilingnya. Setiap goresan kuasnya kini memiliki makna, bukan hanya sekadar warna, tetapi emosi dan pengalaman yang mengalir dari hati.

Hari pameran tiba. Rian berdiri di tengah ruangan, dikelilingi oleh orang-orang yang mengagumi lukisannya. Namun, saat pameran berlanjut, Rian menyadari bahwa dia tidak merasakan Ayu di mana pun. Suara-suara pengunjung mengelilinginya, tetapi dia merindukan kehadiran suara Ayu yang biasa menemaninya. Dia berusaha mencari-cari, jantungnya berdebar tak karuan.

Dalam kebingungan, Rian mulai bertanya pada pengunjung, "Apakah kalian melihat seorang wanita bernama Ayu?"

Mereka menatapnya dengan bingung, tidak mengenal siapa pun dengan nama itu.

Kepanikan melanda. Dia mencoba mengingat setiap detil, tetapi semuanya mulai memudar. Tapi saat dia menggenggam kuas, tiba-tiba ingatan menyergapnya. Tidak pernah ada orang lain yang melihat Ayu, tidak pernah ada foto atau kenangan bersama yang ditinggalkan.

Ayu adalah manifestasi dari harapan dan cinta yang dia ciptakan dalam pikirannya, sosok yang hadir dalam kegelapan untuk memberinya arti. Dalam ketidakmampuannya melihat, dia menciptakan dunia di mana Ayu ada, mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh kehilangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun