Suatu sore, ketika Ayu membacakan puisi tentang hujan, Rian merasakan dorongan untuk menyentuh dunia. "Ayu, bisa tidak aku merasakan hujan?" pintanya dengan penuh harapan.
Ayu tersenyum. "Tentu, Rian. Ayo keluar."
Ketika mereka melangkah keluar, Rian merasakan tetesan air di wajahnya. Hujan yang lembut mengusap kulitnya, dan dalam setiap tetes, dia merasakan kebebasan. Dia tertawa, suara riangnya seolah menggema di antara riuhnya hujan. Ayu mengenggam tangannya, dan di sana, Rian menemukan kenyamanan.
"Ini luar biasa," katanya, merasakan setiap detak air. "Aku merasa seperti bisa melihat."
Ayu tertawa, hatinya bergetar. "Kamu tidak harus melihat untuk merasakan, Rian. Kamu adalah seniman, dan senimu kini berbicara lebih dari yang pernah kamu lukis."
Hari demi hari, Rian semakin kuat. Dia mulai mengeksplorasi seni dengan cara baru. Dengan bantuan Ayu, dia menyentuh kanvas, merasakan bentuk dan tekstur, dan mendengarkan dunia di sekelilingnya. Setiap goresan kuasnya kini memiliki makna, bukan hanya sekadar warna, tetapi emosi dan pengalaman yang mengalir dari hati.
Hari pameran tiba. Rian berdiri di tengah ruangan, dikelilingi oleh orang-orang yang mengagumi lukisannya. Namun, saat pameran berlanjut, Rian menyadari bahwa dia tidak merasakan Ayu di mana pun. Suara-suara pengunjung mengelilinginya, tetapi dia merindukan kehadiran suara Ayu yang biasa menemaninya. Dia berusaha mencari-cari, jantungnya berdebar tak karuan.
Dalam kebingungan, Rian mulai bertanya pada pengunjung, "Apakah kalian melihat seorang wanita bernama Ayu?"
Mereka menatapnya dengan bingung, tidak mengenal siapa pun dengan nama itu.
Kepanikan melanda. Dia mencoba mengingat setiap detil, tetapi semuanya mulai memudar. Tapi saat dia menggenggam kuas, tiba-tiba ingatan menyergapnya. Tidak pernah ada orang lain yang melihat Ayu, tidak pernah ada foto atau kenangan bersama yang ditinggalkan.
Ayu adalah manifestasi dari harapan dan cinta yang dia ciptakan dalam pikirannya, sosok yang hadir dalam kegelapan untuk memberinya arti. Dalam ketidakmampuannya melihat, dia menciptakan dunia di mana Ayu ada, mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh kehilangan.