Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jalan Menuju Pelangi

20 September 2024   21:42 Diperbarui: 20 September 2024   21:46 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tidak ada yang sia-sia. Terkadang, kita hanya perlu istirahat sejenak. Hidup itu bukan tentang seberapa cepat kita sampai ke tujuan, tapi tentang seberapa jauh kita bisa melangkah meski jalannya berat. Berhenti sejenak bukan berarti menyerah. Terkadang, istirahat sebentar bisa memberimu pandangan yang lebih jernih. Mungkin saat kamu berhenti, kamu akan melihat jalan yang tak pernah kamu sadari sebelumnya."

Rafif mendengarkan dengan seksama, menatap ibu itu dengan rasa syukur, seolah kata-katanya membangkitkan sesuatu dalam dirinya.

"Nah, ini bisnya. Saya izin pergi ya, Nak." Ibu itu melemparkan satu senyuman hangat terakhir sebelum bus membawanya pergi.

Mungkin benar kata ibu tadi, dia hanya perlu berhenti sejenak, menyerap hujan, menikmati tenangnya halte ini, dan memberi ruang bagi dirinya untuk bernapas sebelum melangkah lagi.

Setelah cukup lama beristirahat, Rafif berdiri, ia menyadari sebuah jalan kecil yang belum ia lewati sebelumnya. Dia berniat untuk menjelajahinya meski hujan kelihatannya belum ingin undur diri. Di perjalanannya yang panjang, Rafif melihat sebuah kafe kecil dengan lampu kuning dari dalam yang memancar hangat. Di pintu kaca kafe itu, tergantung selembar kertas kecil yang mengumumkan: "Dibutuhkan Barista".

Hati Rafif berdebar, ia melangkah menuju kafe tersebut. "Saya lihat ada lowongan barista. Apa masih tersedia?" tanyanya pada kasir.

"Kami memang sedang mencari seseorang untuk membantu. Sudah punya pengalaman?"

"Belum banyak, tapi saya mau belajar."

Rafif mengikuti kasir itu ke belakang untuk menemui sang pemilik. Pemilik kafe itu adalah seorang wanita tua yang tampak tenang, mengenakan kemeja lusuh namun rapi. Saat Rafif melihatnya, ada sesuatu yang terasa familiar, ternyata itu adalah ibu tua yang dia temui di halte, sosok yang memberinya motivasi saat dia sedang putus asa.

Dengan senyum bijak, ibu itu berkata, "Saya lihat kamu sudah melangkah lagi, Nak. Sekarang saatnya kamu belajar. Kita mulai saja dari sini, ya?"

Rafif tersenyum penuh semangat. Setelahnya, ia berdiri di balik jendela kafe. Saat Rafif memandang ke langit, ia tersentak oleh keindahan yang tiba-tiba muncul di cakrawala. Sebuah pelangi terbentang dengan megah, melengkung sempurna dari satu sisi langit ke sisi lainnya, memancarkan warna-warni cerah yang memukau. Seolah memberitahunya bahwa setelah semua kegelapan, setelah semua badai yang menerjang, kini muncul sebuah awal yang cerah, sebuah harapan yang menanti di ujung jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun