Ia memandang sekeliling, mencoba memahami situasi aneh ini. Rasa lelah tak lagi terasa, seakan tubuhnya tak membutuhkan istirahat. Semua kesibukan, semua kelelahan dari lari tadi tiba-tiba memudar. Hanya sunyi yang tersisa. Sepi, begitu menyelimutinya. Bobi melangkah pelan, menelusuri deretan nisan yang masing-masing tertulis nama dan tanggal yang asing.
Bobi berhenti di salah satu nisan. Terukir jelas di sana nama lengkapnya sendiri: Bobi Santoso. Di bawahnya, tertera tanggal kelahirannya, dan tanggal hari ini---hari terakhirnya. "Jadi, ini akhirnya?" Bobi bergumam lirih, sambil menyentuh nisan itu. Tak ada rasa takut, hanya ketenangan yang aneh.
Sepanjang hidupnya, ia selalu berlari. Tak pernah sekali pun ia berhenti untuk bertanya mengapa ia berlari atau ke mana ia akan berakhir. Sekarang ia tahu jawabannya. Di ujung semua kesibukan, di balik semua perjuangan yang seakan tak ada habisnya, ada kesunyian. Ada akhir yang tidak bisa ditunda atau dihindari. Segala kelelahan, segala kekhawatiran, semuanya berakhir di sini, dalam sunyi yang damai.
Bobi menatap langit, yang kini semakin terang oleh cahaya pagi. Dalam ketenangan yang baru pertama kali ia rasakan, ia akhirnya sadar bahwa hidup, seperti maraton, hanyalah perjalanan menuju garis finish yang tak bisa dihindari.
Dan kini, di sini, ia tak perlu lagi berlari.
TAMAT
"Kematian adalah pelajaran yang mengingatkan kita akan nilai hidup." - Paulo Coelho
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H