Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Nominator AMI Awards 2015. 3 bukunya terbit di Gramedia. Penulis cerita di comicone.id. Sudah menulis 3 skenario film. Tumbal: The Ritual (2018), Jin Khodam (2023), Kamu Harus Mati (coming soon).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kotak Keinginan

11 September 2024   11:39 Diperbarui: 11 September 2024   12:59 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/premium-ai-image/man-with-wristwatch-arms-holding-box-supplies

Di sebuah desa yang terlupakan oleh waktu, hiduplah seorang pria bernama Arman, yang terkenal karena kecintaannya terhadap kekayaan dan kekuasaan. Arman memiliki sebuah kotak misterius yang diwariskan oleh kakeknya. Kotak itu terbuat dari kayu tua dan dihiasi ukiran-ukiran rumit, namun yang membuatnya istimewa adalah kemampuannya untuk mengeluarkan apa pun yang diinginkan Arman.

Pada mulanya, Arman menggunakan kotak itu untuk memenuhi keinginan sederhana: makanan lezat, pakaian mahal, dan perhiasan berkilauan. Setiap kali dia menginginkan sesuatu, kotak itu akan mengeluarkan apa yang dia inginkan tanpa batas. Namun, seiring berjalannya waktu, keinginan Arman semakin melambung tinggi.

"Jika hanya makanan dan perhiasan yang aku inginkan, apa gunanya?" gumam Arman suatu hari, merasa bosan dengan kemewahan yang ada di tangannya. "Aku ingin sesuatu yang lebih besar."

Dia mulai meminta barang-barang yang lebih fantastis---cermin sihir, tongkat ajaib, dan kunci waktu. Kotak itu selalu memenuhi setiap keinginan Arman, namun tidak pernah ada rasa puas yang muncul di hati Arman. Dia terus-menerus ingin lebih, lebih, dan lebih lagi. Suatu ketika Arman minta elixir kehidupan, ramuan yang dapat memberikan keabadian.

Esoknya Arman terbangun dari tidurnya, dia mendapati kotak itu tidak mengeluarkan apa pun. Terkejut dan marah, dia mengetuk dan mengguncang kotak itu, tetapi tetap tidak ada respon. Keberadaan kotak yang sebelumnya begitu setia untuk memenuhi setiap keinginan Arman kini tampak kosong dan tak berguna.

Perasaan frustrasi mulai merayap di hati Arman. Ia tidak tahu harus berbuat apa tanpa kotak itu. Akhirnya, rasa penasaran mengalahkan kemarahannya. "Apa sebenarnya yang ada di dalam kotak ini?" pikir Arman. "Mungkin aku bisa menemukan jawaban jika aku memasuki kotak itu sendiri."

Tanpa berpikir panjang, Arman membuka penutup kotak dan dengan langkah penuh tekad, ia masuk ke dalamnya. Langkahnya terasa semakin dalam, seolah kotak itu tidak memiliki batasan. Arman merasa seolah sedang memasuki sebuah ruang tak berujung, yang dikelilingi oleh kekosongan yang membingungkan.

Hawa dingin menyelimuti tubuhnya, dan keheningan yang mencekam menyelimutinya. Tak ada lagi kilauan atau kebisingan harta dan kekuasaan---hanya gelap gulita dan kesunyian. Rasa takut mulai merayap di hatinya, namun rasa penasaran masih menguasai pikirannya. Ia terus melangkah ke dalam, berharap menemukan sesuatu yang dapat memuaskan keinginannya yang tak terpuaskan.

Tiba-tiba, suara lembut dan mematikan dari dalam kotak mulai terdengar. Arman berbalik, namun tak ada apa-apa di belakangnya---hanya gelap. Ketika dia berusaha melangkah lebih jauh, kotak itu mulai menutup perlahan. Suara klik dan derit yang tajam membuat Arman semakin panik.

Dengan susah payah, Arman mencoba untuk keluar dari kotak, namun usahanya sia-sia. Kotak itu semakin rapat, mengurungnya dalam kegelapan yang mencekam. Pada saat itu, dia menyadari bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan untuk mengubah nasibnya. Dia telah terjebak dalam kotak yang dulunya memberikan segala keinginannya, dan kini kotak itu menyimpan dia di dalamnya.

Arman akhirnya duduk dalam kegelapan, merasakan kepahitan dari keputusasaannya. Dia menyadari bahwa semua keinginan dan keserakahan yang pernah dia miliki tidak berarti apa-apa di hadapan kekosongan yang mengurungnya. Dia telah membiarkan dirinya tenggelam dalam rasa ingin lebih, dan kini dia harus membayar harga tertingginya---tidak ada lagi keinginan yang bisa dia penuhi, dan tidak ada lagi dunia yang bisa dia kuasai.

Kotak itu, yang kini menutup rapat, tersimpan di sudut yang gelap. Kotak itu menjadi simbol dari keserakahan yang tak terpuaskan dan kekosongan yang mengikuti mereka yang tidak pernah puas. Desa itu perlahan melupakan sosok Arman, dan kotak itu tetap menjadi misteri bagi generasi yang akan datang.

TAMAT

"Keserakahan adalah jurang maut yang melelahkan orang dalam upaya tanpa akhir untuk memuaskan kebutuhan tanpa pernah mencapai kepuasan." - Erich Fromm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun