Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Setelah menulis cerpen dan film di Kompasiana (akan dibukukan), sekarang menulis tema religi dan kesehatan. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Drama di Balik Layar Film-Film Besar

9 September 2024   07:58 Diperbarui: 9 September 2024   08:01 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompas.com/tren/read/2021/11/21/123000265/hari-ini-dalam-sejarah--film-rocky-tayang-perdana?page=all

Film besar sering kali tampak sempurna di layar, tetapi di balik kesuksesan mereka, terdapat drama dan tantangan yang luar biasa. Beberapa film paling legendaris dalam sejarah perfilman menghadapi berbagai kesulitan dalam proses pembuatannya. Berikut adalah kisah luar biasa di balik layar beberapa film besar yang penuh dengan tantangan, tetapi akhirnya menjadi karya klasik yang tak terlupakan.

The Godfather (1972) dianggap sebagai salah satu film terbaik sepanjang masa, tetapi pembuatan film ini penuh dengan konflik. Francis Ford Coppola, sutradara film ini, harus berjuang melawan tekanan studio yang ingin mengganti aktor utama. Paramount Pictures menolak pilihan Coppola untuk memasukkan Marlon Brando dan Al Pacino sebagai pemeran penting. 

Marlon Brando pada awalnya dilarang oleh studio untuk audisi, tetapi Coppola secara diam-diam merekam audisinya dan menunjukkan hasilnya kepada eksekutif. Studio juga memberikan anggaran yang sangat terbatas untuk pembuatan film.

Terlepas dari semua masalah tersebut, Coppola berhasil mengarahkan film ini dengan hasil yang luar biasa. The Godfather memenangkan tiga Academy Awards, termasuk Best Picture dan Sutradara Terbaik untuk Coppola. The Godfather menghasilkan lebih dari $245 juta di box office global, sebuah jumlah yang mengesankan untuk film pada zamannya.

Film Rocky (1976) mungkin dikenal sebagai kisah petinju underdog, tetapi drama di balik layarnya bahkan lebih menginspirasi. Sylvester Stallone, yang menulis dan membintangi film ini, hidup dalam kemiskinan ekstrem sebelum Rocky meledak di pasaran. Pada saat itu, Stallone bahkan terpaksa menjual anjing kesayangannya, Butkus, karena tidak mampu merawatnya. Setelah kesuksesan Rocky, Stallone berhasil membeli kembali anjingnya yang juga tampil dalam film.

Setelah menulis skenario Rocky, Stallone menolak tawaran $350.000 dari studio yang ingin membeli hak naskahnya---syaratnya, Stallone tidak boleh memerankan Rocky. Namun, Stallone tetap teguh bahwa ia harus membintangi film tersebut. Akhirnya, dengan anggaran yang sangat kecil sebesar $1 juta, film ini dibuat. 

Adegan ikonik Rocky berlari menaiki tangga Museum Seni Philadelphia difilmkan tanpa izin resmi, hanya dengan kamera genggam. Rocky tidak hanya meraih kesuksesan besar secara komersial dengan pendapatan lebih dari $225 juta di seluruh dunia, tetapi juga memenangkan Academy Award untuk Best Picture.

Star Wars: Episode IV - A New Hope (1977)  adalah salah satu film paling berpengaruh dalam sejarah perfilman, tetapi pada awalnya, tidak ada yang percaya pada proyek ini, bahkan George Lucas sendiri sempat meragukannya. Lucas menghadapi tantangan besar, mulai dari skeptisisme eksekutif studio, anggaran yang ketat, hingga berbagai masalah teknis di lokasi syuting. Lucas hampir mengalami serangan jantung karena tekanan yang luar biasa selama proses pembuatan film ini.

Efek visual yang dibutuhkan untuk film ini hampir belum ada pada waktu itu, dan banyak masalah produksi memperlambat pembuatan film. Para pemain, termasuk Harrison Ford, tidak yakin bahwa film ini akan berhasil. Namun, Lucas tetap berpegang pada visinya, dan setelah perilisannya, Star Wars menjadi fenomena global. Star Wars dibuat dengan anggaran hanya sekitar $11 juta, tetapi menghasilkan lebih dari $775 juta di seluruh dunia.

Apocalypse Now (1979) karya Francis Ford Coppola adalah film perang legendaris yang terkenal tidak hanya karena ceritanya, tetapi juga karena kekacauan produksinya. Syuting di Filipina dilanda cuaca buruk, aktor Martin Sheen mengalami serangan jantung di lokasi syuting, dan Marlon Brando muncul dalam kondisi yang jauh dari ekspektasi, baik secara fisik maupun mental.

Coppola bahkan hampir bangkrut karena anggaran yang membengkak, dan ia sempat mengalami gangguan mental selama proses pembuatan film. Coppola menggunakan $30 juta dari uang pribadinya untuk menyelesaikan film ini karena anggaran yang terus membengkak. 

Syuting film ini memakan waktu hampir dua tahun, jauh lebih lama dari yang direncanakan. Namun, setelah bertahun-tahun dalam pembuatan, Apocalypse Now dirilis dan menjadi salah satu film perang terbaik sepanjang masa, memenangkan dua Academy Awards.

The Revenant (2015) yang dibintangi oleh Leonardo DiCaprio adalah salah satu film dengan proses produksi paling keras. Disutradarai oleh Alejandro Gonzlez Irritu, film ini mengambil gambar di lokasi-lokasi terpencil dengan kondisi cuaca yang sangat ekstrem. DiCaprio harus menghadapi suhu di bawah nol, salju yang tebal, dan bahkan memakan hati binatang mentah dalam salah satu adegan.

Produksi film ini begitu melelahkan sehingga banyak kru meninggalkan proyek karena kondisi yang tidak manusiawi. Film ini menggunakan pencahayaan alami, sehingga kru hanya bisa syuting beberapa jam sehari, membuat produksi lebih lambat. 

Meskipun demikian, The Revenant akhirnya dirilis dan memenangkan tiga Academy Awards, termasuk Aktor Terbaik untuk DiCaprio, yang akhirnya meraih Oscar pertamanya setelah bertahun-tahun dinominasikan.

Kisah-kisah di balik layar dari film-film besar ini menunjukkan bahwa proses pembuatan film sering kali penuh dengan drama dan tantangan. Namun, dengan tekad, visi, dan kerja keras, para pembuat film ini berhasil mengubah tantangan menjadi karya-karya legendaris yang tak hanya sukses di box office, tetapi juga diakui secara kritis. Film-film ini membuktikan bahwa, di balik layar, dunia perfilman tidak kalah dramatisnya dengan apa yang kita lihat di layar lebar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun