Banyak orang bilang, "Eh, kaya itu nggak baik loh, nanti jadi serakah!" Padahal, menjadi kaya itu nggak dosa. Yang dosa itu kalau kita nginjek-injek kepala orang lain demi mencapai kekayaan! Bayangkan, kalau semua orang kaya otomatis dicap buruk, mungkin kita nggak akan punya sosok-sosok inspiratif yang dikenal dermawan.
Yayasan Bakrie milik Aburizal Bakrie sering memberikan beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa muslim, terutama di wilayah-wilayah terpencil. Bosowa Corporation milik Aksa Mahmud selain mendirikan berbagai fasilitas umum, juga sering berdonasi untuk pembangunan masjid dan fasilitas keagamaan di wilayah Indonesia timur, terutama di Sulawesi Selatan. Erick Thohir Foundation sering memberikan donasi untuk pembangunan masjid dan mendukung pendidikan anak-anak yatim.Â
Rumah Siap Kerja dan OK OCE Sandiaga Uno telah membantu banyak pengusaha muslim muda dan komunitas muslim di seluruh Indonesia, terutama dalam bidang pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan pelatihan keterampilan. CT Arsa Foundation yang dikelola keluarga Chairul Tanjung fokus pada bidang pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial, terutama bagi masyarakat kurang mampu.
Kalau semua kedermawanan itu mereka niatkan sedekah, berapa banyak pahala yang sudah terakumulasi? Pastinya banyak banget! Kalau ditumpuk mungkin lebih gede dari Gaban! Mereka semua orang-orang kaya, tapi nggak lupa sama sesama. Menjadi manusia sejati berarti memiliki dan menghidupi rasa kemanusiaan yang tulus.
Salah satu syarat bisa menjadi orang kaya adalah aware dengan perubahan zaman. Dulu, orang kaya di desa biasanya yang punya sawah lebar-lebar atau warung yang laris manis.Â
Nah, sekarang, jadi kaya lebih kompleks: kamu bisa jadi kaya dari startup, investasi saham, jualan online, atau bahkan bikin konten viral! Berdasarkan data dari Credit Suisse, jumlah miliarder dunia tahun 2021 mencapai 2.755 orang, dan kebanyakan dari mereka ini nggak mendadak kaya, lho.Â
Mereka kerja keras, berinovasi, dan pintar memanfaatkan peluang. Istilah awamnya, nggak ujug-ujug! Harus melewati proses yang kadang berdarah-darah.Â
Salah kaprah orang yang bilang jadi kaya itu berdosa. Yang dosa itu bukan dari kekayaannya, tapi cara dapetnya! Ada yang ngejual rumah orang tanpa izin? Atau jadi bandar narkoba? Atau dengan melacurkan diri. Nah, itu baru masalah!
Ada lagi yang males kerja dengan berpedoman pada pepatah lama, "Harta tidak dibawa mati." Betul sih, tapi harta yang kita kumpulkan dengan cara yang baik bisa bikin hidup lebih nyaman, dan bahkan bisa dipakai buat bantu orang lain. Yang salah adalah ketika orang ngejar kekayaan sampai lupa segalanya. Misalnya, kamu pura-pura sakit biar dapet asuransi, atau korupsi biar bisa beli mobil sport yang kece.
Kamu juga pasti sering dengar nasihat bijak, "Hidup itu bukan soal uang." Tapi, kita juga tahu kalau nasi goreng nggak akan muncul di meja makan hanya karena nasihat. Kita butuh uang untuk hidup, bahkan buat hal-hal sederhana kayak makan, beli baju, atau bayar tagihan listrik. Apalagi bagi mereka yang sudah berkeluarga. Dapur harus terus ngebul. Perut anak bini kan mesti diisi. Kasihan kan kalau isinya cuma angin. Harus makanan, sukur-sukur bergizi.
Menurut survei Gallup, sekitar 80% orang di dunia bekerja untuk mencapai keamanan finansial. Ini membuktikan bahwa uang memang penting dalam kehidupan sehari-hari. Masalahnya, sering banget orang yang sudah banting tulang hidupnya masih harus gali lubang tutup lubang. Napasnya Senin Kamis. Finansial mereka jauh dari kata aman. Hal ini bisa jadi karena membicarakan finansial adalah hal yang tabu dalam keluarga. Sama kayak orang ngomong tentang seks. Padahal kalau dibalut dengan kata edukasi, maka keduanya masuk ke dalam kategori baik. Dan kita dianjurkan untuk ngomong yang baik-baik.
Uang itu kayak pisau. Kalau dipakai dengan baik, bisa untuk hal-hal berguna. Tapi kalau disalahgunakan, ya bisa merusak kehidupan kita sendiri dan orang lain. Jalan pintas yang nggak halal sering kali menggoda, kayak cheating di game---ngebuat kamu menang cepat tapi merusak pengalaman. Orang yang kaya karena menipu, korupsi, mengambil hak orang lain, mungkin kelihatan sukses di awal, tapi biasanya kebahagiaan dan ketenangan hidup mereka nggak bertahan lama. Mereka mungkin 'senang', tapi nggak 'tenang'. Kesenangan itu semu, ketenangan lah yang membuat kita bahagia.
Menjadi kaya dengan cara yang halal, dengan usaha dan kerja keras, justru mulia. Rasulullah SAW pernah bilang, bahwa tangan di atas (yang memberi) lebih baik daripada tangan di bawah (yang meminta). Itu artinya, kalau kita punya kekayaan, kita bisa membantu orang lain, dan itu berpahala. Kalau kita susah, boro-boro bisa nolong orang. Yang ada malah kita yang butuh pertolongan!
So, kaya itu nggak dosa. Justru kalau kamu kaya karena usaha keras, kreatif-inovatif, dan dengan cara yang halal, itu bisa jadi berkat buat diri kamu dan orang-orang di sekitarmu. Yang haram adalah kalau kamu menghalalkan segala cara---menjegal orang lain, melanggar hukum, atau merugikan orang demi dapet cuan.
Kaya itu baik, asal diperoleh dengan cara yang baik dan digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Sekarang coba bayangkan, dunia diisi oleh orang-orang kaya yang baik. Bukankah itu akan menjadi dunia yang indah, menyenangkan, dan penuh kebahagiaan? Tetap semangat mengejar impian dan tetap jaga kejujuran di sepanjang perjalanan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H