Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Setelah menulis cerpen dan film di Kompasiana (akan dibukukan), sekarang menulis tema religi dan kesehatan. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Remake dan Reboot Film, Apa Bedanya?

7 September 2024   08:18 Diperbarui: 8 September 2024   15:49 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Spider-Man: Homecoming | Marvel Studios via Kompas.com

Dalam dunia perfilman Hollywood, istilah remake dan reboot sering digunakan, tetapi banyak orang masih bingung tentang perbedaan keduanya. Meski terdengar mirip, ada perbedaan mendasar antara remake dan reboot, baik dari segi konsep maupun pendekatannya terhadap materi film asli.

Remake adalah pembuatan ulang film yang sudah ada sebelumnya dengan mempertahankan premis dasar, cerita, dan karakter utama, tetapi dengan sentuhan modern dalam hal teknik produksi, pemain, atau setting waktu. 

Biasanya, remake dilakukan karena teknologi baru atau perubahan selera penonton. Dalam remake, esensi dari cerita asli tetap dipertahankan, tetapi dengan beberapa penyesuaian.

Contoh remake populer adalah The Lion King (2019), versi CGI dari animasi klasik Disney tahun 1994. Walaupun hampir mengikuti setiap adegan dari film asli, remake ini menggunakan teknologi animasi yang lebih canggih. Contoh lainnya adalah A Star Is Born (2018), versi modern dari film klasik yang telah dibuat tiga kali sebelumnya, yaitu versi 1954 dan 1976.

Sedangkan reboot adalah istilah yang lebih luas daripada remake. Ketika sebuah franchise di-reboot, film tersebut memulai ulang cerita dari awal dengan sudut pandang atau penafsiran baru. 

Reboot sering kali mengabaikan kontinuitas film sebelumnya dan berusaha menciptakan kembali konsep inti dari film tersebut. Tujuan utama reboot adalah 'menghidupkan kembali' waralaba yang sudah mati atau stagnan dengan cara yang lebih relevan dan segar.

Contoh reboot terkenal adalah Batman Begins (2005), reboot dari seri Batman yang diarahkan oleh Christopher Nolan, memulai ulang karakter Batman setelah versi sebelumnya yang lebih kartun dan ringan dari Tim Burton dan Joel Schumacher. 

Contoh lainnya adalah Spider-Man: Homecoming (2017). Setelah dua seri Spider-Man sebelumnya (versi Tobey Maguire dan Andrew Garfield), Marvel Studios mengambil alih karakter ini dan memasukkannya ke dalam Marvel Cinematic Universe (MCU), memberikan nafas baru pada karakter Peter Parker.

Genre horor termasuk yang paling sering di-remake, karena banyak film horor klasik yang memiliki basis penggemar kuat. Contohnya, Halloween (2018) adalah reboot/sekuel dari franchise horor yang sudah dimulai sejak tahun 1978, dan film ini sukses besar, menghasilkan lebih dari $255 juta. 

Secara umum, reboot cenderung menghasilkan lebih banyak uang dibandingkan remake, karena mereka sering kali merupakan bagian dari waralaba besar. Contoh sukses reboot adalah The Dark Knight Trilogy, yang secara total meraih lebih dari $2,4 miliar di box office.

Tidak semua remake dan reboot sukses. Misalnya, The Mummy (2017), yang merupakan reboot dari seri The Mummy tahun 1999, gagal total di box office dan mendapat ulasan buruk, menghentikan rencana besar Universal Pictures untuk menciptakan Dark Universe mereka sendiri. 

Godzilla mungkin adalah salah satu karakter yang paling sering di-remake dan di-reboot. Karakter ini muncul pertama kali di layar lebar pada tahun 1954 di Jepang, dan hingga sekarang telah di-remake atau di-reboot lebih dari 30 kali.

Mengapa Hollywood suka melakukan remake dan reboot? Setidaknya ada empat alasan. Pertama, keberhasilan finansial. Baik remake maupun reboot sering kali didasarkan pada properti yang sudah memiliki penggemar setia. Ini membuatnya lebih aman secara komersial, karena penonton sudah familiar dengan karakter dan cerita. Sebagai contoh, The Lion King (2019) meraup lebih dari $1,6 miliar di box office global, sementara Spider-Man: Homecoming (2017) mengumpulkan sekitar $880 juta.

Kedua, teknologi baru. Teknologi CGI dan efek visual terus berkembang, memungkinkan studio untuk memperbarui film-film klasik dengan tampilan yang lebih realistis. Film seperti King Kong (2005) dan Planet of the Apes (2011) adalah contoh bagaimana teknologi CGI bisa membawa film lama ke era baru.

Ketiga, nostalgia. Banyak penonton yang ingin bernostalgia dengan film-film yang mereka sukai saat kecil atau remaja. Hal ini menciptakan pasar bagi remake film-film tahun 80-an dan 90-an. Jumanji: Welcome to the Jungle (2017) adalah contoh yang sukses, dengan meraih pendapatan lebih dari $960 juta secara global.

Alasan keempat, memperbaiki kegagalan di masa lalu. Reboot sering kali digunakan untuk memperbaiki waralaba yang sebelumnya gagal di box office atau dikritik buruk. Misalnya, Fantastic Four (2015) dianggap gagal oleh kritikus dan penonton, sehingga franchise ini kemungkinan akan di-reboot kembali dalam MCU.

Baik remake maupun reboot telah menjadi bagian penting dari Hollywood selama bertahun-tahun. Meskipun sering mendapat kritik karena dianggap sebagai tanda kekurangan kreativitas, remake dan reboot tetap berlanjut karena ada permintaan pasar, penggemar yang loyal, dan potensi keuntungan yang besar. Namun, pada akhirnya, kualitas eksekusi dan pendekatan kreatiflah yang akan menentukan apakah remake atau reboot tersebut sukses atau gagal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun