Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Nominator AMI Awards 2015. 3 bukunya terbit di Gramedia. Penulis cerita di comicone.id. Sudah menulis 3 skenario film. Tumbal: The Ritual (2018), Jin Khodam (2023), Kamu Harus Mati (coming soon).

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Remake dan Reboot Film, Apa Bedanya?

7 September 2024   08:18 Diperbarui: 8 September 2024   15:49 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak semua remake dan reboot sukses. Misalnya, The Mummy (2017), yang merupakan reboot dari seri The Mummy tahun 1999, gagal total di box office dan mendapat ulasan buruk, menghentikan rencana besar Universal Pictures untuk menciptakan Dark Universe mereka sendiri. 

Godzilla mungkin adalah salah satu karakter yang paling sering di-remake dan di-reboot. Karakter ini muncul pertama kali di layar lebar pada tahun 1954 di Jepang, dan hingga sekarang telah di-remake atau di-reboot lebih dari 30 kali.

Mengapa Hollywood suka melakukan remake dan reboot? Setidaknya ada empat alasan. Pertama, keberhasilan finansial. Baik remake maupun reboot sering kali didasarkan pada properti yang sudah memiliki penggemar setia. Ini membuatnya lebih aman secara komersial, karena penonton sudah familiar dengan karakter dan cerita. Sebagai contoh, The Lion King (2019) meraup lebih dari $1,6 miliar di box office global, sementara Spider-Man: Homecoming (2017) mengumpulkan sekitar $880 juta.

Kedua, teknologi baru. Teknologi CGI dan efek visual terus berkembang, memungkinkan studio untuk memperbarui film-film klasik dengan tampilan yang lebih realistis. Film seperti King Kong (2005) dan Planet of the Apes (2011) adalah contoh bagaimana teknologi CGI bisa membawa film lama ke era baru.

Ketiga, nostalgia. Banyak penonton yang ingin bernostalgia dengan film-film yang mereka sukai saat kecil atau remaja. Hal ini menciptakan pasar bagi remake film-film tahun 80-an dan 90-an. Jumanji: Welcome to the Jungle (2017) adalah contoh yang sukses, dengan meraih pendapatan lebih dari $960 juta secara global.

Alasan keempat, memperbaiki kegagalan di masa lalu. Reboot sering kali digunakan untuk memperbaiki waralaba yang sebelumnya gagal di box office atau dikritik buruk. Misalnya, Fantastic Four (2015) dianggap gagal oleh kritikus dan penonton, sehingga franchise ini kemungkinan akan di-reboot kembali dalam MCU.

Baik remake maupun reboot telah menjadi bagian penting dari Hollywood selama bertahun-tahun. Meskipun sering mendapat kritik karena dianggap sebagai tanda kekurangan kreativitas, remake dan reboot tetap berlanjut karena ada permintaan pasar, penggemar yang loyal, dan potensi keuntungan yang besar. Namun, pada akhirnya, kualitas eksekusi dan pendekatan kreatiflah yang akan menentukan apakah remake atau reboot tersebut sukses atau gagal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun