Mohon tunggu...
Ahmad R Madani
Ahmad R Madani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis lagu, buku, komik, dan skenario film. Alumni ponpes Jombang, Bogor, dan Madinah. Menikah dengan seorang dokter. Menulis fiksi, film, religi, dan kesehatan. Semua akan dijadikan buku. Terima kasih sudah mampir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayangan yang Berbicara

5 September 2024   15:43 Diperbarui: 5 September 2024   15:44 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam turun dengan sunyi di rumah tua yang berada di tepi kota. Angin mendesir pelan di luar jendela, membuat tirai-tirai tipis menari dalam keheningan. Di kamar sempitnya, Raka berbaring sambil menatap langit-langit, merasa seolah dunia telah meninggalkannya. Ia baru saja pulang dari sekolah, dan hari itu adalah hari yang sama seperti kemarin---penuh cemoohan dari teman-temannya, penuh ketidakberdayaan yang menyesakkan.

Raka merasa kecil, tak terlihat, dan itu membuatnya semakin terpuruk dalam kesendiriannya. Namun, malam itu, sesuatu yang tak biasa terjadi. Saat cahaya lampu kecil di sudut kamar memancarkan bayangannya ke dinding, ia melihat bayangan itu bergerak... dan berbicara!

"Kenapa kau selalu lari dari kenyataan?" suara itu rendah, namun jelas terdengar di tengah kesunyian malam.

Raka tersentak. Ia menatap ke arah dinding, tempat bayangannya tampak lebih besar dari biasanya, seolah hidup. "Siapa... siapa kau?"

"Aku adalah dirimu, bagian yang selalu kau abaikan," jawab bayangan itu, suaranya penuh ketenangan yang aneh.

Raka merasa bulu kuduknya meremang. Ia mengusap matanya, berpikir ini hanya mimpi buruk. Tapi bayangan itu tetap ada, menatapnya tanpa henti. "Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Raka dengan suara yang nyaris berbisik.

Bayangan itu tertawa kecil, namun tawa itu terdengar pahit. "Bukan aku yang menginginkan sesuatu darimu. Kau yang menginginkan sesuatu dariku, tapi kau tak pernah mengakuinya."

Raka menggelengkan kepala, bingung. "Aku tak mengerti."

Bayangan itu bergerak, mendekat, meski tubuh Raka tetap tak berubah. "Kau menghindari kebenaran. Kau menghindari rasa takutmu. Kau menghindari semua yang ada dalam dirimu, seolah itu bukan masalahmu."

Raka mengalihkan pandangannya, menelan ludah dengan susah payah. Selama ini, ia berpikir bahwa yang terjadi padanya hanyalah akibat dari dunia di sekitarnya. Ia dijauhi teman-temannya karena mereka tak menyukainya. Ia tak pernah berhasil dalam apapun karena nasib buruk yang terus menghantuinya. Namun, suara bayangan itu kini memaksanya untuk memandang ke arah yang lain---ke dalam dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun