"Untuk Anakku Tercinta," demikian surat itu dimulai.
"Sekarang kamu sudah dewasa, Nak. Ayah hanya bisa menemanimu sampai di sini. Uang dalam brankas itu adalah bekal yang ayah kumpulkan selama bertahun-tahun untukmu. Gunakanlah dengan bijak, bukan hanya untuk dirimu sendiri, tetapi juga untuk orang-orang di sekitarmu. Ayah yakin kamu bisa jauh lebih sukses dari ayah, dalam segala hal yang kamu lakukan. Ayah percaya padamu. Jadilah orang yang bermanfaat, dan ingatlah selalu untuk menjaga hati dan niatmu. Karena itulah kunci sebenarnya dari kehidupan."
"Salam sayang, Ayah."
Dengan perlahan, ia menutup surat itu, meletakkannya kembali di laci, dan mengunci laci itu dengan hati-hati, seperti yang ayahnya lakukan selama bertahun-tahun. Kini ia tahu, bahwa hidupnya baru saja dimulai. Ia kini siap melangkah, dengan beban yang lebih ringan dan hati yang penuh keyakinan.
Senja berganti malam, dan di ruangan itu, seorang pemuda duduk merenung, dengan kunci kehidupan di tangannya, siap membuka pintu masa depannya.
TAMAT
"Kunci kehidupan adalah menjaga keseimbangan. Terutama jika kamu sedang berada di ujung tebing." - Demetri Martin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H