Saat Tania terbangun, ia berada di sebuah ruangan putih yang asing. Lampu-lampu neon di langit-langit bersinar dingin, dan suara mesin medis berdetak pelan di sampingnya. Ia menyadari dirinya berada di rumah sakit. Tubuhnya terasa berat, namun matanya segera menangkap sosok yang berdiri di sisinya. Edo, dengan senyum yang tak pernah pudar, memegang tangannya.
"Tania, kamu selamat. Setelah ini, aku yakin, kamu pasti bisa melakukan apapun yang kamu mau. Aku bangga padamu!"
Tania mengangguk, air mata menggenang di matanya. "Edo, aku takut... Aku takut kehilanganmu."
Edo hanya tersenyum, senyum yang begitu menenangkan. "Kamu tidak akan pernah kehilangan aku, Tania. Aku akan selalu ada di sisimu, di hatimu."
Tania ingin memeluk Edo, merasakan kehangatannya, namun tubuhnya terlalu lemah. Dan penyakit itu pun kembali menyergapnya. Dunia Tania seketika gelap.
Ketika Tania terbangun lagi, hari sudah malam. Ia melihat sekeliling, mencari sosok Edo. Tak lama kemudian, seorang dokter datang menghampirinya. "Nona Tania, saya ingin memberitahukan sesuatu yang penting," ucapnya hati-hati. "Edo adalah salah satu korban yang tidak selamat dalam gempa tadi. Ia tertimpa reruntuhan dinding saat menyelamatkanmu."
Dunia Tania runtuh seketika. Air matanya mengalir deras, hatinya hancur mendengar kabar itu. Tania merasa hidupnya kosong. Namun, di balik kehampaan itu, ia merasakan dorongan yang kuat untuk melanjutkan hidup, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk Edo. Ia ingat janjinya pada Edo, bahwa ia akan melakukan apa yang ia mau, bahwa ia akan kuat dan tidak menyerah.
Tania mulai bangkit. Ia membantu para korban bencana, menggalang dana, dan mendirikan posko bantuan. Tania menjadi lebih aktif dalam kegiatan sosial, menulis buku tentang pengalamannya, dan menjadi pembicara yang menginspirasi banyak orang. Ia membuka yayasan nirlaba yang didedikasikan untuk orang-orang yang memiliki penyakit seperti dirinya, memberi mereka harapan dan dukungan yang selama ini ia dapatkan dari Edo. Setiap langkah yang ia ambil, Tania merasa Edo ada di sana, di sisinya, tersenyum bangga.
TAMAT
"Jangan menyia-nyiakan hidupmu dengan menunggu datangnya sayap. Tapi yakinlah bahwa kamu mampu untuk terbang sendiri, sekalipun tanpa sayap." - Audrey Gene