“Urusan kenegaraan po, Bay?” antusias ANhus dengan jakun naik-turun penuh hasrat. Agaknya sosok yang satu ini termasuk penggila teori konspirasi bin gatuksisasi.
“Yang ini lebih serius, Nus. Mmmh… urusan cinta…” sahutku malu-malu, membuat anti tetanus ini segera menepuk jidatnya sambil teriak “Halaaahhh…!!!” keras-keras.
“Ah, Peyan mah gitu orangnya, Nus. Kan tahu sendiri kalo aku ga paham seupilpun soal wanita…” bisikku agak memelas, yang akhirnya membuat ANhus terenyuh juga.
Kuangsurkan hape ke ANhus, dengan sebuah postingan manis terpampang di layarnya.
“Baru satu kumpulan cerpen Anton Chekov yang saya baca, tapi rasanya seperti tertampar berkali-kali setiap membaca cerita demi cerita. Pertanyaan yang menggantung kemudian adalah, bisakah saya membuat cerita yang amat "mengganggu" pikiran seperti itu?
Selama ini saya selalu tertarik dengan cerita-cerita psikopat, thriller dan sejenisnya, namun sekarang saya baru menyadari, ternyata cerita "biasa" yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari pun menarik untuk dibaca (juga digoreng sesuai selera saya sendiri).
*Untuk teman hidupku, semoga kau tak bosan-bosannya mendorongku untuk tetap menulis dan menulis. Na.”
“Aku kudu piye jal, Nus?”
“Ngopi ndhisik ae, Bay, ben ra edyan!” sahut ANhus menyebalkan, membuat postingan ini terpaksa bersambung ke judul selanjutnya: “Rumah Abu Kenangan”.