Fragmen tersendiri dari “Dongeng untuk Jokowi The Series”.
***
Cerita sebelumnya:
Kuhirup napas dalam-dalam secara amat perlahan, sebelum akhirnya mulai mengetik laporan, ditujukan kepada Yang Terhormat Bapak Presiden. Sebuah laporan paling singkat yang pernah ada dalam sejarah penasehat kepresidenan.
“Tepat saat kaki mereka berhenti berlari, semesta hening.”
Tapi baru saja aku hendak memasukan laporan super ringkas tersebut ke dalam amplop resmi kenegaraan, ketika sebuah ingatan kembali merenggutku dari kesadaran akan kekinian, dan membawaku pada kembara peristiwa sebelumnya.
Apakah hidup memang melulu terkesan tak adil? Atau justru di sanalah logika proses keadilan Tuhan menyinggasana, hingga Dia ciptakan setiap diri berbeda dengan yang lainnya, dengan tempaan pengalaman yang juga tak pernah sama, demi peran yang kelak juga berbeda, sesuai dengan gurat nasib serta gores takdir terbesar yang harus dijalani? (Dongeng untuk Jokowi #4)
***
pagi ini, aku melihatmu masih mengulum sisa kelam malam
menuntaskan keluh-peluh yang terkisah buah rindu yang terpendam