Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saya Tidak Menyangka Jokowi cuma Presiden Buncis

6 Desember 2015   22:29 Diperbarui: 6 Desember 2015   22:29 5938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bahkan kemudian Tuhan Yang Maha Agung membenarkannya, berfirman, ‘Sekarang engkau telah tercuci bersih dan keluarlah dari sungai.’

Teruslah, wahai buncis, terebus dalam kesengsaraan sampai wujud ataupun diri tak tersisa padamu lagi.

Jika engkau telah terputus dari taman bumi, engkau akan menjadi makanan dalam mulut dan masuk ke kehidupan.

Jadilah gizi, energi, dan pikiran! Engkau menjadi air bersusu: Kini jadilah singa hutan!

Awalnya engkau tumbuh dari Sifat-Sifat Tuhan: kembalilah kepada Sifat-Sifat-Nya!

Engkau mejadi bagian dari awan, matahari, dan bintang-bintang: Engkau ‘kan menjadi jiwa, perbuatan, perkataan, dan pikiran.

Kehidupan binatang muncul dari kematian tetumbuhan: maka perintah, ‘bunuhlah aku, wahai para teman setia,’ adalah benar.

Lantaran kemenangan menanti setelah mati, kata-kata, ‘Lihatlah, karena dibunuh aku hidup,’ adalah benar.

(Maulana Jalaluddin Rumi)

 

Dari puisi tersebut kemudian saya mengambil kesimpulan, bahwa ternyata Jokowi memang tak lebih dari sekedar ‘Presiden Buncis’ belaka, yang memang telah menjadi takdirnya untuk selalu direbus dengan berbagai macam coba, uji serta hina, untuk kemudian setelah wujud serta segala macam embel-embel kedirian yang lainnya tercuci bersih, beliau menjadi matang dan penuh gizi bagi bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun