Bahkan kemudian Tuhan Yang Maha Agung membenarkannya, berfirman, ‘Sekarang engkau telah tercuci bersih dan keluarlah dari sungai.’
Teruslah, wahai buncis, terebus dalam kesengsaraan sampai wujud ataupun diri tak tersisa padamu lagi.
Jika engkau telah terputus dari taman bumi, engkau akan menjadi makanan dalam mulut dan masuk ke kehidupan.
Jadilah gizi, energi, dan pikiran! Engkau menjadi air bersusu: Kini jadilah singa hutan!
Awalnya engkau tumbuh dari Sifat-Sifat Tuhan: kembalilah kepada Sifat-Sifat-Nya!
Engkau mejadi bagian dari awan, matahari, dan bintang-bintang: Engkau ‘kan menjadi jiwa, perbuatan, perkataan, dan pikiran.
Kehidupan binatang muncul dari kematian tetumbuhan: maka perintah, ‘bunuhlah aku, wahai para teman setia,’ adalah benar.
Lantaran kemenangan menanti setelah mati, kata-kata, ‘Lihatlah, karena dibunuh aku hidup,’ adalah benar.
(Maulana Jalaluddin Rumi)
Â
Dari puisi tersebut kemudian saya mengambil kesimpulan, bahwa ternyata Jokowi memang tak lebih dari sekedar ‘Presiden Buncis’ belaka, yang memang telah menjadi takdirnya untuk selalu direbus dengan berbagai macam coba, uji serta hina, untuk kemudian setelah wujud serta segala macam embel-embel kedirian yang lainnya tercuci bersih, beliau menjadi matang dan penuh gizi bagi bangsa ini.