Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Fikber 2] Jeritan Sukma

1 Desember 2015   21:00 Diperbarui: 1 Desember 2015   21:27 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Maksud ayah, ibu masih hidup?” tanpa sadar Sukma bertanya, membuat ayahnya menatap tajam ke arah Sukma.

“Apa maksud pertanyaanmu, Ndhuk? Tentu saja ibumu masih hidup!”

Hampir saja Sukma berteriak karena terlalu gembiranya, sebelum ucapan ayah selanjutnya kembali membuatnya tersentak.

“Karena yang telah mati adalah ayah!” ucap sang ayah dengan bibir mengendur ke bawah dan berjuntai, yang lalu dengan kecepatan kilat membuka mulutnya yang kini sebesar nampan, langsung melahap kepala Sukma, membuat Sukma menjerit sekuatnya sambil menahan wajah sang ayah.

Akhirnya Sukma berhasil menghindar, bersamaan dengan masuknya dua orang berseragam perawat, yang kembali membuat Sukma menjerit.

“Cepat tahan Pak Danang, agar dia tak lagi memakan dan mencabik-cabik bantal guling!” perintah perawat yang satu sambil melompat-lompat ke depan karena hanya memiliki tubuh separuh dari atas hingga bawah, seperti sesosok tubuh yang dibelah secara simetris. Sementara perawat yang diperintah berlari cepat dengan kakinya. Tapi benar-benar hanya kedua kakinya, karena anggota tubuh sebatas pinggul tak lagi ada. Kepalanya menyantel di paha sebelah kiri, dengan kedua tangan yang tumbuh di bagian dengkul.

Dan ketika Sukma menoleh, dilihatnya sang ayah kembali normal. Hanya saja tengah seru menggigit guling yang berada di posisinya sebelumnya sambil berteriak-teriak entah apa.

Dengan perasaan bingung Sukma memandang sekeliling. Dilihatnya perawat setengah tubuh kepayahan meringkus sang ayah, sementara perawat yang hanya kaki sebatas pinggul tersebut menyuntik lengan sang ayah.

‘Kasihan Pak Danang. Semenjak anak gadisnya bunuh diri di kamar ini, dia menjadi gila,’ ucap si perawat setengah tubuh sambil mengusap darah yang meleleh dari bagian tubuhnya yang terbuka.

“Kau yakin bunuh diri? Karena hasil visum justru mengatakan bahwa anak gadis tersebut mengalami tauma benda tumpul pada beberapa bagian tubuhnya.” Sahut perawat yang satunya sambil merapikan serpihan dagingnya yang terburai di bagian pinggul ke atas.

Mendadak perawat yang terakhir bicara menghentikan ucapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun