Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Menyingkap Pesan Terselubung dalam Event Fiksi Fabel di Kompasiana

6 November 2015   14:42 Diperbarui: 6 November 2015   20:45 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi tak semua fable berbentuk seperti itu, karena ada juga fable yang lebih menekankan unsure sastra melalui diksi serta ungkapan yang indah, yang salah satu pegiatnya yang paling terkenal adalah La Fontaine dari Perancis, yang kisahnya sepertinya berkiblat pada Esopus, seorang pujangga Yunani yang diduga hidup pada abad VI sebelum Masehi

Kesimpulannya? Cerita fabel sebenarnya merupakan cerita yang ditujukan untuk orang dewasa, yang sejak abad ke-19 barulah termasuk ke dalam salah satu jenis literatur yang ditujukan untuk anak-anak….^_

Sejarah singkat fabel di Indonesia.

Kemunculan fabel di Indonesia tidak lepas dari sejarah perkembangan Indonesia dimasa lampau, dimana agama Hindu-Budha menjadi agama mayoritas waktu itu.

Berdasarkan penelitian Dixon (seperti dikutip Danandjaja, 2002) dongeng tokoh penipu sang Kancil terdapat di Indonesia pada daerah-daerah yang paling kuat mendapat pegaruh Hinduisme, yang erat hubungannya dengan kerajaan Jawa Hindu dari abad VII sampai dengan abad XIII.

Menurut Sir Richard Windsted (seperti dikutip Danandjaja, 2002) bahwa pada abad II Sebelum Masehi pada suatu Stupa di Barhut Allahabad India telah diukirkan orang adegan-adegan dongeng binatang (fabel) yang berasal dari cerita agama Budha, yang terkenal sebagai Jatakas.

Berdasarkan rekonstruksi Windsted tersebut, dongeng binatang menyebar keluar India. Bukan saja kearah barat menuju ke Afrika, melainkan juga menuju timur ke Indonesia dan Malaysia bagian barat. Bukti-bukti yang dikemukakan Windsted telah memperkuat hipotesisnya bahwa persamaan dongeng-dongeng di Asia Tenggara (Indonesia dan Malaysia), Afrika dan India adalah sebagai akibat difusi, bukan merupakan penemuan yang berdiri sendiri (independent invention), atau penemuan sejajar (parallel invention).

Tokoh hewan utama fabel pada setiap negara berbeda-beda. Kelinci menjadi pilihan Amerika, sementara Belanda menobatkan beruang sebagai simbol hewan yang licik, busuk, penuh tipu muslihat, sementara Eropa lebih menyukai rubah (fox) yang bernama Reinard de Fox.

Bagaimana dengan Indonesia? Tak pelak lagi, tokoh yang paling populer untuk Indonesia, tentu saja Sang Kancil!

Dalam ilmu folklor dan antropologi, Bung Kancil ini mendapat istilah the trickster atau tokoh penipu.

Dengan metode strukturalis, McKean (seperti dikutip Danandjaja, 2002) dapat mengungkapkan hipotesis watak bangsa Indonesia (lebih khusus lagi orang Jawa), yang mendukung dongeng sang kancil. Masyarakat Jawa mengasuh anaknya mempergunakan dongeng sang kancil, untuk menanamkan nilai-nilai didaktisnya ke dalam benak anak-anak mereka. Karena bagi mereka, kancil mewakili tipe ideal Orang Jawa (Melayu-Indonesia) sebagai lambang kecerdikan yang tenang dalam  menghadapi kesukaran, serta selalu dapat memecahkan masalah yang rumit tanpa banyak ribut dan emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun