“Masih ada permainan bocah TK yang lain?” ledek Aldy.
“Kurang ajar! Bagaimana kalo kita keluarkan jurus Si Ella Kawin Kemarin! Lalu Kita Kapan Kawin yang baru kita pelajari itu, Feb?” seru Desol.
“Lha… Kalo Si Ella udah kawin, kapan giliran kita, Des?” bingung Febri.
“Ini cuma nama jurus Febriiiiii…! Jangan bercanda waktu gue PMS dong, ga lucu banget tauuu…!” umpat Desol uring-uringan.
“Heu… heu… heu… Mana ku tahu kalau kau lagi ‘dapet’ Des, kupikir itu sindiran kau agar aku mengawinimu sesegera mungkin, celeguk!” jawab Febri dengan tersipu-sipu.
“Ah, dasar pejantan layu kau, Feb…! Kau pikir aku gila apa, di saat segenting ini malah meributkan urusan kawin…?!” sengat Desol.
“Hey… caci-maki pejantan layu itu bukannya untuk Si Pakde yang tengah marak sebagai tersangka penyamaran GT itu, kan? Kenapa aku kena juga? Memang kau tahu bahwa punyak…”
“Udah jangan protes aja, Febbbbb… Atau beneran gue bikin layu sekarang juga mau lu…?!” teriak Desol sambil susah-payah menghindari serangan Aldy. “Elu lagi, Aldy, beraninya nyerang gue doang yang perempuan. Sekali-kali gantian serang si Febri ngape…?! Kan kasihan dia jumpalitan dari tadi padahal enggak diserang, jadi kayak pencitraan aja…!”
Tap! Tap! Tap! Tiga tubuh mendarat di tanah berbarengan dan membentuk segitiga sama edan, untuk kemudian tak bergeming sedikitpun.
“Perlu break ngopi dulu apa enggak nih, Al?” tawar Febri ngos-ngosan bekas berjumpalitan tak karuan tadi.
“Boleh… tapi nanti setelah kau menyusul anggota Pang Kehutananku ke Raja Akherat…!” damprat Aldy emosi sambil melakukan gerakan serupa Cilok Dicelupin Ke Sambal Kacang, yang dibalas oleh Febri dengan gerakan Bikin Es Lilin Kudu Digoyang, membuat Desol mendelik karena jurus tersebut memang bukan ajaran Kitab Duo Belati Fiksi yang mereka pelajari bersama.