berulang kali kau rekayasa hingga menjadi amat gempita
dan berakhir menjadi catatan keabadian
dalam ruang hati bernama kenangan
Â
: mendekap punggungku saat situasi memberiku tangis
 dan membaca cinta yang kerap merembes
 di haru matamu, saat kau berkata dengan amat lugu
 hidup kembali hidup bersamaan dengan hadirku
Â
tahukah kau, berkali-kali aku memutar simpul kenangan itu
membuang raguku untuk berkata dengan malu yang amat tersipu: