(Tak semua foto buruk menggambarkan kenyataan yang buruk juga, sebab jika semua hanya dinilai berdasarkan foto, saya khawatir gambaran terburuk justru dimiliki oleh Tuhan, karena foto-Nya paling tak konsisten di antara begitu banyak penggemarnya- kutipan dari saya sendiri hahay…^_).
miskin terlalu lama mendidik kami
serupa pendendam
faqir berkepanjangan merenggut cerdas kami
hingga menjadi amat redam
harta terakhir yang masih kami genggam erat
hanyalah kebodohan
yang terus kami dekap kuat-kuat
dan selalu kami dengungkan dengan sesungguh kebanggaan
sebab jika kebodohan inipun sirna, tak ada lagi yang tersisa
sebab jika inipun tiada, kami tak lagi punya apa-apa
karena miskin ilmu kami mudah mengumbar kata
karena miskin pengetahuan bualan kami menebar sepenuh udara
menggetar di jantung dan memekak di telinga
seakan kebenaran hanyalah kata, yang tentu saja hanya terucap dari kita
karena miskin wacana merubah kami menjadi pejuang wawancara
karena miskin pikiran sedikit kami beroleh gagasan
seluruh dunia wajib mentaati
dengan kalimat pamungkas berawalan ‘pokoknya!’ sebagai harga mati
karena faqir kreativitas sehelai ide yang memerambat di kepala
kami yakini sebagai kitab suci kebenarannya
lupa bahwa nun di Negeri Bayangan sana
ada yang pernah berkata
“kau ada, tapi selama masih seperti ini
ada dan tiadamu tak menjadi banyak berarti bagi negeri ini”
Tuhan, jauhkan kami dari kemiskinan personal akut
yang kelak akan menjadi kemiskinan struktural nan amat pekat
dan terwariskan tanpa sadar secara ritmik
turun-temurun dan mengepidemik
na'udzu billah min dzaalik
Secangkir Kopi Fragmen Pembuka Artikel “Menghina presiden, Membersihkan Sejarah”, Kompasiana-012015.
(Buat rekan Kompasianers yang gemar mengunjungi lapak ini, saya mohon maaf karena belum bisa silaturahim balik, karena kesibukan memang acapkali memberangus kebersamaan hingga menjadi begitu basi.
Saya coba malam nanti bergentayangan kembali sebagai hantu bayangan, sebab bertukar kata dengan amat cerdas akhir-akhir ini memang menjadi sebuah kemewahan yang tak lagi mudah untuk dilakoni, untungnya masih ada di Kompasiana…^_)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H