Belajar Bisa Bikin Kaya
Ada begitu banyak cara untuk mendapatkan uang. Bahkan jika kau tidak punya modal sebagai sarana pemancingnya, tetap teramat banyak cara untuk kau bisa mendapatkan modal tanpa perlu bertahun-tahun menyisihkannya dengan kecepatan seekor kura-kura yang menderita asam urat atau setengah lumpuh karena rematik. Dan cukup banyak juga cara untuk kau tetap bisa mendapatkan begitu banyak uang, tanpa modal uang sama sekali.
“Bagaimana mungkin, Bay...?”
Anything is possible, ucap saya berbarengan dengan ucapan Mulan yang secara abadi terekam dalam memori saya. Dan saya yakin ucapan itu akan semakin tegas jika kau bertanya kepada Merry Riana, cewek muda Indonesia yang namanya naik daun seperti ulat bulu dalam kancah bisnis di Singapura, sebagai sosok yang telah berhasil bebas finansial di usia yang relatif muda. Dan semua jawaban lantas saja seperti merujuk ke sebuah kesepakatan yang sama: BELAJAR…!!!
“Hah…! Belajar bisa bikin kaya, Bay...?!”
Hehehe... Yang jelas, jangan kau ajukan pertanyaan tersebut kepada temanmu sesama siswa, atau juga kepada guru dan dosenmu, karena saya khawatir bukan jawaban optimis dan menyenangkan yang akan kau peroleh, melainkan justru ucapan setengah menghardik dan atau paling banter peng-iyaan yang kental dengan aroma ragu yang tebal. Sebab mereka yang kau tanya tadi, umumnya tidak lebih pintar dengan kau yang bertanya, jika soal uang.
Tapi belajar tentang uang memang jauh lebih sulit jika dibandingkan dengan belajar yang lainnya. Terutama ketika kita bahkan tak tahu sama sekali harus ke mana dan atau kepada siapa belajar tentangnya.
Semua orang tentu akan langsung menunjuk Bank saat kita bertanya dimana bisa menemukan uang dalam jumlah yang besar. Namun tak semua dapat memberikan jawaban pasti saat kita bertanya, di mana bisa belajar tentang uang?
Sebagian orang tetap konsisten menunjuk ke bank, yang kemudian dengan ragu-ragu membelokkan arah telunjuknya ke sekolah bisnis, atau mungkin langsung menunjuk ke deretan pebisnis kaya yang wajahnya sering tercetak di media massa, yang kembali menekuk telunjuknya karena tak yakin yang ditunjuk tadi membolehkan untuk belajar tentang uang.
Dan pilihan semakin mengerucut saat membayangkan, betapa mahalnya biaya yang harus dikeluarkan cuma untuk bisa ‘duduk manis di sekolah bisnis’.