Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Beberapa Hal yang Bisa Dipelajari dari Wanita

16 Juli 2015   01:39 Diperbarui: 16 Juli 2015   01:39 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti embun yang menggelayut di puncak pucuk daun ubi

cintaku padamu begitu murni dan membumi

lalu coba kulukis wajahmu dengan mentari pagi

dengan semilir angin yang berkelindan ke sana dan sini

bayangmu menjelma

bersama ribuan kunang yang berpijar merangkap sempurna

adakah cinta menyalamimu,

menimbunmu dengan rindu yang terus menyerbu?

mungkin dari sana semua rasa bermula

entah di mana akan bermuara

atau barangkali tak akan pernah sempat merupa

 (Adakah Cinta Menyalamimu?’ dalam Di Bawah Kibaran Dosa}

 

Guru yang aneh.

Seringkali saya merasa malu sendiri karena begitu banyak terinspirasi oleh wanita, sosok yang tadinya saya kira cuma ‘makhluk halus’ yang selalu membuat repot dengan segala polah anehnya.

Rasa malu yang kerap memojokkan saya dengan berbagai dakwaan, serta menghasut pikiran untuk mengakui bahwa sebenarnya saya memang tak lebih dari seorang pencuri.

Tentu pencuri berdasi mengingat yang saya curipun bukanlah yang kelas teri. Walau kadang sambil menghibur diri saya bantah semua itu, dan mengatakan bahwa sebenarnya saya cuma seseorang yang bisa saja secara kebetulan memiliki kepribadian kapas, influence philosofie, atau entah apalagi yang membuat saya mampu untuk menyerap semua yang terbaik dari mereka, dan menjadikannya sebagai kelebihan bagi diri saya sendiri. *Eaaa….^_

Saat saya berbicara tentang logika, banyak yang bisa untuk langsung menebak dari siapa saya memilikinya. Walau mungkin tak dugaan karena sebagian akan menebaknya dari Mulan, sementara yang lain lebih mengira dari Si Eksentrik.

Tapi apapun itu, tetap tak akan pernah bisa untuk mengurangi rasa hormat dan terima kasih saya kepada mereka. Terutama bila mengingat bahwa apa-apa yang telah mereka ‘tularkan’, begitu memberi tampolan keberhasilan yang sangat telak dan bertubi-tubi dalam hidup saya setelahnya.

Dari Mulan saya banyak belajar tentang logika, juga tentang pemahaman kualitas diri dan pemanfaatannya, yang ketika saya mempraktekkannya, seringkali membuat saya ‘jauh lebih besar’ dari yang semestinya.

Dari Si Eksentrik saya memperoleh pengetahuan tentang betapa pentingnya memiliki karakter diri yang kuat, serta cara terbaik menyusun ulang peta diri, dari sudut dan orientasi yang paling diingini.

Hal ini merupakan satu-satunya pengetahuan terpenting yang pernah saya miliki, yang menjadikan saya mampu untuk melangkah dengan lebih gagah ke lokasi dan situasi mana saja yang perlu untuk saya datangi atau sekedar lewati, dalam proses eksistensi dan juga destinasi yang saya miliki dengan cukup matang, sejak usia yang relatif dini.

Saya bersyukur mendapatkan pemahaman yang amat berharga ini, walau hanya dari wanita yang –pada saat terjadi- masih amat belia. Dan lebih bersyukur lagi terutama bila mengingat banyak orang yang saya kenal, yang bahkan hingga usia senja mereka, selalu merasa ragu dan tak pernah mengerti tentang apa yang paling mereka inginkan dalam hidup, selain sekedar menghabiskan waktu dengan segala rutinitas pekerjaan dan atau kesibukan yang seringnya hanya seputar itu-itu saja, sambil berkali-kali menggerutu betapa salah langkah atau membosankannya hidup mereka.

Dengan pengetahuan yang saya peroleh dari Si Eksentrik ini pulalah tanpa sadar ternyata telah menjadikan saya seseorang yang memiliki kepribadian yang tangguh juga, dengan daya juang yang amat tinggi dalam setiap pencapaian keinginan yang dikehendaki, tanpa peduli apakah amunisi yang saya miliki telah cukup untuk membuat saya mampu mendapatkannya, atau justru cuma bisa menjadikan saya terkencing-kencing, yang lantas dengan keringat dingin sebesar biji bunga matahari memaksa saya untuk terjengkang-jengkang melepaskannya.

Dan yang paling utama adalah betapa dengan pengetahuan ini, saya bisa menjadi begitu ‘kebal’ dan ’tahan banting’ saat menghadapi situasi serta kondisi yang paling ekstrim sekalipun, yang ketika saya tengah mengalaminya, dikomentari oleh kalangan terdekat saya dengan ucapan yang memiliki nilai empati amat tinggi, “Kalo gue jadi lo, Bay, gue pasti udah gila atau bunuh diri...”.

Dari Dian saya belajar, terutama sekali tentang cara memahami sesuatu dengan sesedikit mungkin kata-kata dan atau informasi yang lainnya. Belajar untuk membaca apa-apa yang tak terlihat –termasuk di dalamnya hipotesa dan antitesa- lalu menerjemahkannya searif mungkin… cuma lewat sorot mata!

Pembelajaran ini amat saya rasakan manfaatnya dalam karir saya, yang memang cukup banyak menerapkan proses konsultasi dan psyco-analisys di dalamnya. Juga sangat berperan penting dalam memuluskan hampir setiap Memorandum of Understanding baru yang saya buat, yang seringkali keberhasilannya amat terpengaruh dari sense of understanding yang saya perlihatkan sejak pertemuan awal, tanpa saya perlu untuk terlihat cerdas atau justru berpura-pura bodoh.

Dijey menekankan tentang betapa pentingnya untuk selalu bersikap sumringah, yang dalam banyak hal mampu membuat pihak lain merasa nyaman saat tengah berinteraksi dengan saya, sesulit dan sebingung apapun situasi yang tengah dihadapi! Dijey juga mengajarkan teknik terbaik memberikan umpan balik, yang walaupun hanya dengan ucapan terlemah namun mampu untuk merubah masalah menjelma solusi.

O’ir mungkin yang terbaik tentang pemanfaatan sorot mata, dengan cara yang paling maksimal! Walau mungkin hal ini amat tidak obyektif mengingat teknik serta trik yang dia pergunakan waktu itu, terlalu pribadi dan penuh luapan emosi. Mungkin juga cinta, kepada saya tentunya. Tapi dengan beberapa modifikasi dan reduplikasi, menjadikan saya bisa mempergunakannya sebagai cara terbaik untuk menunjukkan kasih sayang kepada seluruh SDM dan siswa saya... tanpa skinship sama sekali! Juga terhadap ibu-ibu mereka, yang seringkali terlihat amat cantik dan muda untuk berperan sebagai wali siswa…^_

Sementara dari Na, saya tak belajar tentang apapun yang bisa saya terapkan dalam bisnis maupun dalam kehidupan. Hanya ada satu hal yang saya dapat dari Na, yaitu bahwa saya, selalu berhasil untuk menjadi manusia kembali, setelah sebelumnya kehidupan berkali-kali menekan dan menggoda saya untuk menjelma robot, boneka atau cuma benda.

Dari teman-teman yang hebat inilah saya belajar, dan mendapatkan begitu banyak kemampuan yang mewah dan menggugah, yang setelahnya ‘menciptakan’ beragam pengalaman yang amat berharga dalam hidup saya, dengan metode pengajaran tebaik dan terutama sekali yang paling saya sukai.

Begitu berharganya mereka di mata saya, hingga kadang saat sedang iseng saya suka berpikir, alangkah enaknya jika bisa mengawetkan mereka lalu menaruhnya dalam galeri pribadi saya, agar saya bisa setiap saat melongok mereka, tanpa batas ruang apalagi waktu.

Namun tentu saja hal itu tak berani saya lakukan. Karena, walaupun mereka cuma perempuan, tapi saya amat yakin jika mengutarakan keinginan tersebut, pastilah mereka akan langsung secara beramai-ramai menendang bokong saya. Dan resiko untuk jatuh terguling-guling serta menggelinding karena ditendang wanita bukanlah sesuatu yang saya sukai, sehormat apapun saya terhadap mereka!

Lagi pula saya memang telah menemukan cara yang lebih baik untuk mengabadikan mereka. Sebagian dari mereka telah berulang kali saya awetkan dalam puisi, sementara sisanya telah saya patri dalam kisah ini.

Dan kenangan tentang mereka semakin menegaskan kepada saya bahwa pertemanan, memang benar-benar sebuah petualangan yang amat menyenangkan...!!! Walau Si Cewek FTV dengan rambut cepak imo-nya masih saja bolak balik berbisik berisik dari balik bilik benak, membuat saya bosan dan agak jengkel dengan dialognya yang itu-itu juga,

“Iya...! Iya...! Teman enggak ciuman…! Teman enggak ML... : Jing!” ucap saya sebal sambil mengakhiri tulisan ini.

 

Catatan jempol kaki:

Bay tidak pernah ML dengan semua karakter wanita yang di klaim sebagai guru terhebatnya tersebut. Dan tak perlu ada pertanyaan tentang apakah Bay ciuman/pelukan/skinship dengan mereka -dan atau sebagian dari mereka- atau tidak, karena pertanyaan itu jelas termasuk jenis kalimat yang sia-sia, yang tak akan pernah bisa menghasilkan jawaban apapun dari Bay.

Sekilas catatan jempol kaki ini, yang harus segera dihentikan karena Bay mesti mencuci jempolnya berkali-kali, agar tidak menimbulkan kontroversi tentang bau tak sedap yang berpotensi terjadi, hihihi...^_

  

Pesan moral dalam cerita ini adalah:

  • Jangan penah membatasi pertemanan, karena bisa jadi dari merekalah justru kita berhasil mempelajari banyak hal, yang tak akan pernah didapatkan di bangku sekolah. Tentu saja pertemanan dengan cara yang sehat, juga dengan teman yang baik, karena kita adalah ‘siapa teman kita’.
  • Pada beberapa kejadian, wanita biasanya memiliki pandangan yang jauh lebih teliti serta mendalam. Jika bertemu dengan teman wanita yang seperti itu, maka pelajari dan seraplah ‘gaya’-nya. Tapi bukan berarti mengeksploitasinya, ya…^_
  • Kunci pertemanan yang paling utama saya kira hanya dua, yaitu: Tulus dan apa adanya. Beberapa pengalaman menunjukan bahwa ketika pertemanan tidak lagi memiliki dua ruh tersebut, biasanya hanya akan berakhir dengan kebohongan yang berlarut-larut, mengecewakan serta saling menyakiti.

 

Salam hangat persahabatan, salam dunia maya…^_

Secangkir Kopi yang Bisa Dipelajari dari Perempuan, "Dunia Aneh Si Bayangan" bagian ke-6, Kompasiana-15.

 

Link fragmen sebelumnya:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun