hanya satu yang kuingat
lewat semesta raya kala
gaung indah menjelma sayup
tegakkan shalat
niscaya keji dan mungkar nafsu
tak hendak menyalamimu
cukuplah itu bagiku
tuk sisakan sedikit waktu
beberapa kejap
sebelum batas akhir
sekedar gugurkan kewajiban
bukankah rahmat –Mu
seluas langit dan bumi
tak akan banyak berkurang sekedar
maklumi kesibukanku
mengejar dunia, agar kelak
cengkrama antara kita
jadi lebih tenang dan berisi
Engkau Maha Segala, tak mungkin cemburu
ketika bel kampus lebih kujaga
agar dapat kursi terdepan
atau ketika subuh –Mu, terpenggal
kepanikanku
mengejar bus kota menuju ruang kerja
kuyakin Kau mengerti
sebesar keyakinanku menandaskan makan siang
agar hati tidak bercabang kala menghadap
walau jadikanku masbuk selalu
dan Engkau, Maha Bijaksana
tak mungkin mencercaku
yang lebih memilih berbagai seminar
dan pelatihan
ketimbang duduk bersama mengkaji ayat –Mu
bukankah lisan –Mu
selalu ada di manapun, setiap waktu
karena
setiap desah kehidupan
adalah pengejawantahan sifat –Mu
semua begitu indah terasa, tenang dan damai
kujalani dengan semangat menggebu
hingga malam itu
setelah berbagai aktifitas yang melelahkan
memaksaku melepaskan
satu demi satu
waktu terintim dengan –Mu
kutertidur, senyum mengembang
terbayang dunia yang hampir tergenggam
terbayang surga yang kelak kugapai
dan aku tak pernah bangun lagi
hanya satu yang kuingat
ketika Izro’il, menghampir
dengan bentuk yang sangat
menakutkan
mencengkeramku, dan berseru
: “Api itu, untukmu…!!!”
Thorn Village-00
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H