Mohon tunggu...
Ahmad Maulana S
Ahmad Maulana S Mohon Tunggu... Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan -

Founding partner di Lembaga Pendidikan dan Sosial Kemasyarakatan // Penikmat kutak-katik kata yang gemar mengembara dari satu bait ke larik yang lainnya // Cuma seseorang yang ingin menjadi tua tanpa rasa bosan, setelah sebelumnya beranak-pinak seperti marmut atau cecurut // Salam hangat persahabatan...^_

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Titian Pelangi (Serial Mentari Episode ke-2)

26 Juni 2015   19:02 Diperbarui: 7 Juli 2015   06:12 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Uang? Untuk apa? Bukankah Ari sedang tidak minta uang sama Ibu?” polosku.

“Untuk biaya kuliahmu, Ri,” kali ini kakakku yang menjawab.

“Oh, iyyaa…” kutepuk kening keras-keras. Bagaimana bisa aku sepikun ini? Kuliah juga kan butuh uang…!

“Lho? Tapi Ari kan masih punya tabungan, Bu. Kalau tidak salah ada tiga juta. Tuh, disimpan sama Kak Tulip… Iya kan, Kak?”

“Sudah habis, Ri,” suara Kak Tulip terdengar lemah dan penuh perasaan bersalah. “Sudah habis buat bayar kontrakan rumah,” ucapnya lagi.

Syuut. Tiba-tiba saja tubuhku terasa begitu renta. Semua bayang indah yang tadi sempat kubangun, sirna, berganti dengan wajah-wajah sedih yang kini terhampar di hadapanku. Wajah Ibu dan Kak Tulip.

***

Seminggu telah berlalu sejak hari pengumuman. Tak ada kejadian yang terlalu berarti. Semuanya normal-normal saja. Bahkan mataharipun masih tetap tebit dari Timur.

Tapi keluargaku masih menyimpan kesedihan yang dalam sebab aku tak jadi kuliah. Terutama sekali Ibu. Beliau masih terus saja menyesalinya.

“Coba kalau Ibu tidak miskin ya, Nak, kamu pasti bisa jadi orang. Kuliah, jadi sarjana, kerja, terus… masuk TV. Ah, sayang Ibu bukan orang kaya…”

Aku tertawa-tawa saja mendengar ucapan Ibu. Ternyata semua Ibu punya pikiran yang sama, ingin melihat anaknya sukses dan jadi ‘orang’. (Kadang sambil berkaca ketika mandi, kubayangkan wajah ‘orang’ yang Ibu maksud. Apakah ia lebih tampan? Lebih gagah? Apakah ia selalu memakai dasi?). Tapi, siapa sih yang tidak ingin?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun