Menjelang Pemilihan Presiden 2024, dua model koalisi yang berbeda telah muncul di panggung politik Indonesia: Koalisi Gemuk dan Koalisi Kurus.Â
Kedua koalisi ini memiliki pendekatan yang berbeda terhadap masalah-masalah krusial yang dihadapi oleh Indonesia saat ini.Â
Koalisi Gemuk, yang sementara terbentuk dibawah pimpinan Gerindra, PKB, Golkar dan PAN dengan jumlah kursi di parlemen lebih 300 kursi dianggap cukup kuat secara kekuatan.
PDI-P masih baru ada PPP yang sudah mendekat sementara Demokrat sudah terikat dengan koalisi Nasdem, PKS dan Demokrat dianggap sebagai koalisi kurus.Â
Plus Minus Koalisi Gemuk
Namun, pertanyaan yang muncul adalah mana di antara keduanya yang lebih cocok untuk menghadapi tantangan saat ini.
Dengan memadukan pemikiran dari berbagai latar belakang, koalisi ini dapat mewakili keragaman masyarakat Indonesia secara lebih baik.Â
Namun, keberagaman ini juga bisa menyulitkan pengambilan keputusan yang cepat dan efektif, karena berbagai pandangan yang berbeda bisa menjadi hambatan.
Di sisi lain, Koalisi Kurus menawarkan pendekatan yang lebih fokus dan terarah.Â
Dengan menggabungkan partai-partai dengan pandangan yang lebih seragam, koalisi ini bisa lebih cepat dalam membuat keputusan dan melaksanakan tindakan konkret.Â
Namun, risiko dari pendekatan ini adalah bahwa beberapa suara dan perspektif masyarakat mungkin terabaikan.
Untuk memutuskan opsi terbaik, Indonesia perlu mempertimbangkan situasi dan tantangan yang dihadapi saat ini.Â
Kepentingan Koalisi Lebih Penting Daripada Kepentingan WargaÂ
Permasalahan seperti ketimpangan ekonomi, ketahanan lingkungan, pendidikan, dan kesehatan adalah beberapa isu yang memerlukan perhatian serius.Â
Koalisi yang dapat menghasilkan solusi holistik dan berkelanjutan untuk masalah-masalah ini akan lebih cocok dalam mengatasi tantangan tersebut.
Penting untuk menghindari jatuh ke dalam perangkat pemikiran yang terlalu sempit atau terlalu luas.Â
Koalisi Gemuk mungkin efektif dalam mencerminkan keragaman masyarakat Indonesia, tetapi risiko kebingungan dan perpecahan dalam pembuatan keputusan harus diwaspadai.Â
Di sisi lain, Koalisi Kurus mungkin lebih efisien dalam pelaksanaan tindakan, tetapi risiko mengabaikan pandangan beragam masyarakat bisa berdampak negatif.
Dalam konteks ini, sebaiknya Indonesia mencari keseimbangan antara kedua pendekatan.Â
Koalisi yang memadukan kekayaan keragaman dengan fokus pada solusi konkret dapat menjadi pilihan terbaik.Â
Melalui dialog terbuka dan diskusi mendalam, para anggota koalisi dapat mencapai konsensus yang mendukung upaya memecahkan masalah-masalah yang mendesak.
Bagaimana akhir dari pertarungan ini? Dua Pemilu sebelumnya koalisi gemuk selalu memenangkan Pilpres, bagaimana di tahun 2024 yang akan datang?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H