Pagelaran Tari Remo awali Kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila Rahmatan Lil Aalamiin di MTsN 4 Kota Surabaya (foto dokpri)
Bagi masyarakat Jawa Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya pasti mengenal salah satu tarian tradisional Indonesia yang asli dari Jawa Timur  yaitu Tari Remo yang identik sebagai Tari Selamat Datang atau Tari Pembuka Kegiatan.
Sejarah Tari Remo
Tari Remo diciptakan oleh seorang seorang seniman yang bernama Cak Mo yang merupakan gemblak dalam grup reyog Ponorogo.Â
Cak Mo sendiri berasal dari salah satu desa di Jombang yakni Desa Ceweng, Kecamatan Diwek. Ternyata dulunya, tarian ini diciptakan oleh para seniman jalanan dengan mengusung tema atau cerita pangeran gagah nan berani.
Saat tidak tampil pada pementasan reyog Ponorogo Cak yang ingin terus menghidupi keluarganya dari kegiatan berkesian akhirnya menciptakan tari Remo.
Cak Mo kemudian berkeliling dari desa ke desa dengan mengenakan pakaian ala Jathilan tanpa anyaman bambu dan menarikan tarian dengan iringan musik sepasang kenong yang ditabuh oleh istrinya.
Ketika berkeliling dan menari, Cak Mo mengadopsi gerakan Jathilan, warok serta Tayub dan menyanyikan kidung tembang, parikan.Â
Gaya tari Cak Mo yang memadukan banyak tari tersebut kemudian disukai oleh banyak penonton.Â
Lalu Cak Mo dan istrinya pun diundang ke Surabaya untuk bergabung dengan tim kesenian Ludruk untuk menampilkan tarian pembuka, sebab tarian Cak Mo mirip seperti yang ada pada Reog Ponorogo, maka orang-orang pun lebih mengenalnya dengan tarian Reyoge Cak Mo atau kemudian disingkat menjadi Remo.
Tari Remo selanjutnya selalu ditemukan pada acara pembuka kesenian Sandiwara Ludruk khas Surabaya, juga sering ditampilkan pada momen Pembukaan acara baik yang bersifat formal atau nonformal, untuk menyambut tamu atau pejabat yang datang di suatu daerah di Jawa Timur.
Filosofi Tari Remo
Siswi MTsN 4 Kota Surabaya menampilkan tari Remo dalam pembukaan kegiatan P5-RA di halaman Madrasah sebagai perwujudan Kurikulum Merdeka dalam aspek P5-RA (foto dokpri)
Ada banyak nilai filosofi dari tari Remo ciptaan Cak Mo.
Dalam tari Remo ada gerakan gedruk yang dilakukan penari dengan menghentakkan kaki ke bumi atau ke tanahÂ
Gedruk ini memiliki makna bahwa masing masing insan harus mempunyai suatu kesadaran diri atas setiap kehidupan di muka bumi.
Ada pula gerakan ‘gendewa’, yang memiliki makna jika manusia mempunyai sikap yang gesit layaknya anak panah yang terlepas dari busurnya. Kemudian ada gerakan ‘tepisan’, yang mana mengandalkan kecepatan dan ketepatan tangan.Â
Makna Tari Remo pada gerakan tersebut ialah penyatuan diri dengan kekuatan alam. Sementara gerakan ‘ngore remo’, artinya memperbaiki diri secara fisik.
 Properti Tari Remo
Wilayah Jawa Timur yang luas dengan beragam kebudayaan dan kearifan lokal yang berbeda tapi dalam hal busana yang dipakai oleh penari Remo, namun ada beberapa aksesoris wajib yang harus dikeluarkan oleh penari Remo.
Diantara properti Tari Remo yakni  ikat kepala khusus berwarna merah, celana hitam sepanjang lutut, pakaian dengan lengan panjang, kain batik khas pesisiran, keris, selendang, stagen, dan gelang kaki berlonceng.Â
Sebagaimana jenis tarian tradisional lainnya Tari Remo memiliki keindahan pakaian yang dikenakan oleh para penarinya baik yang dipakai penari laki -laki maupun perempuan yang menarikan tarian dengan suasana rancak dan gembira ini.
Indahnya gerakan dan pakaian para penari Remo dari MTSN 4 Kota Surabaya saat menyambut tamu agung Kepala Kemenag Kota Surabaya (foto dokpri)
Sementara kostum yang dikenakan untuk penari  perempuan pada tari remo berasal dari Jawa Timur ini sedikit berbeda, lantaran ada beberapa penambahan.
Tari Remo menjadi salah satu warisan budaya yang wajib untuk dilestarikan. Terlebih lagi, tarian ini memiliki karakteristik khas wilayah Jawa Timur yang jarang dijumpai di beberapa wilayah nusantara lainnya.Â
Meski dalam perkembangannya, fungsi Tari Remo mengalami perubahan namun untuk saat ini keberadaan cukup dinantikan dan dihargai lantaran digunakan sebagai penyambutan tamu agung atau pejabat yang memiliki kedudukan terhormat di tengah masyarakat.
Ayo lestarikan dan kembangkan kesenian tradisional yang berupa tarian Nusantara yang jumlahnya mencapai ribuan jumlahnya di seluruh Indonesia sebagai kekayaan budaya, jangan sampai diakui bahkan sampai dimiliki oleh bangsa lain karena kita sebagai pemiliknya lupa menjaganya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H