Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - guru penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

suka membaca, menulis dan berbagi kebaikan lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tangkuban Parahu yang Eksotik

4 Maret 2023   15:27 Diperbarui: 4 Maret 2023   15:31 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis bersama siswa kelas 9F di depat pintu masuk Tangkuban Prahu Jawa Barat (foto dokpri)

Perjalanan wisata kelas 9 MTsN 4 Kota Surabaya  dengan topik Pengembangan Wawasan mengelililngi beberapa destinasi wisata di Jawa Barat dan Jakarta.

Rombongan yang berjumlah 160 siswa kelas 9 dan 15 guru pendamping menggunakan 4 armada bis pariwisata. Dimulai dari Surabaya rombongan mengawali mengunjungi destinasi wisata Eling Bening di Ambarawa berlanjut mampir ke Masjid Agung Semarang pada malam hari, sekitar jam sepuluh malam perjalanan dari Semarang menuju ke Jakarta.

Mengekplorasi Destinasi Wisata Tangkuban Prahu di Kabupaten Bandung Barat Jawa Barat

Pagi ini rombongan penulis melakukan perjalanan wisata ke Gunung Tangkuban Perahu di Lembang Kabupaten Bandung Barat, dari Hotel di Kota Bandung dengan jarak tempuk sekira 30 km kami lalui selama 1 jam 20 menit, karena medannya yang terus naik, naik dan naik

tangkuban-prahu-2-6402d74a10d8e015524724b2.jpg
tangkuban-prahu-2-6402d74a10d8e015524724b2.jpg

Di parkiran bis menunggu gilran naik angkutan khusus ke puncak (foto: dokpri)

Sesampai di Parkiran Bus , kami harus membeli tiket seharga Rp. 20.000 dan kami diangkut dengan angkutan khusus yang disediakan oleh pengelola Wisata Gunung Tangkuban Perahu, namun sebelum menuju ke puncak Gunung kami sempatkan berfoto bersama per-kelas.

Penulis bersama siswa Puncak Kawah Tangkuban Prahu (foto: dokpri)
Penulis bersama siswa Puncak Kawah Tangkuban Prahu (foto: dokpri)

Penulis yang juga wali kelas 9F, bersama siswa yang ikut menyempatkan berfoto di areal parkir, setelah itu kami naik ke atas dengan menggunakan angkutan khusus.

Sesampai di lokasi atau areal Gunung Tangkuban Perahu kami perintahkan kepada seluruh siswa untuk menggunakan masker penutup hidung karena bau belerang dari kawah gunung sudah mulai terasa dan menyesak di dada.

Kesempatan belajar merdeka dengan materi Gunung berapi saya coba terapkan saat berwisata ke Gunung Tangkuban Perahu ini, inilah dialog interaktif sesame siswa yang saya dampingi.

tangkuban-prahu-3-6402d7e208a8b5032509f962.jpg
tangkuban-prahu-3-6402d7e208a8b5032509f962.jpg

Menikmati puncak Tangkuban Prahu harus bermasker (foto: dokpri)

Indah , panggilan Siti Indah Anjuni siswaku kelas 9F akhirnya bertanya? Kepada saya

“Pak kenapa koq bau belerang?”, pertanyaan yang bagus, tapi saya tak mau jawab karena ada Arjuna yang mau jawab.

“Karena Gunung Tangkuban Perahu, masih aktif dan kawahnya mengeluarkan bau belerang yang berasal dari kawah”, jawab Arjuna yang berperawakan tinggi besar tersebut.

“ Baik mari kita buktikan apa yang dikatakan Arjuna tadi, apa benar Tangkuban Perahu termasuk jenis gunung berapi yang aktif?,” coba lihat ke bawah sana, lihat kawah di bawah sana”

Sambil saya tunjukkan kawah gunung yang mengeluarkan uap berwarna putih dengan aroma bau belerang.

“ Betul Pak, bau belerangnya makin terasa kalau saya buka masker saya”, kata Annisa yang sejak tadi menyaksikan kawah tangkuban Perahu.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Memang benar gunung Tangkuban Perahu termasuk jenis gunung berapi aktif, bahkan beberapa bulan lalu terjadi erupsi di gunung berapi yang menyebabkan kawasan ini ditutup untuk beberapa hari.

Destinasi wisata Tangkuban Perahu Bandung menjadi salah satu tempat wisata yang populer di Indonesia yang mempunyai ketinggian sekitar 2.084 meter dan dilatarbelakangi dengan cerita dongeng yang menarik di dalamnya. Kisah si Sangkuriang dan Ibunya Dayang Sumbi, hingga sekarang kisah itu melegenda di Nusantara. Wisata yang satu ini tidak boleh dilewati karena bisa secara langsung menyaksikan objek wisata yang menjadi legenda nusantara.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

1. Mengapa Gunung Tangkuban Perahu Cuaca Dingin.“Abimanyu ketua kelas 9F bertanya , kenapa di sini hawanya dingin Pak ?

Faralaili yang ada di sebelahnya dengan spontan menjawab, “ Karena daerah ini kan tingginya lebih dari 2000 meter maka hawanya dingin,seperti yang dijelaskan Pak Syaikhu di kelas 7 dulu, sudah lupa ya”.

Betul kata Fara, setiap kita naik ke atas 100 meter maka suhu udara akan turun 0,6 derajat Celcius, maka saat ketinggian 2000 meter kamu bisa hitung sendiri suhunya, makanya di sini suhu udaranya dingin.

Hawa di Tangkuban Perahu cenderung dingin, karena tak jarang kabut putih dan tebal sering turun. Jangan lupa menggunakan baju yang hangat kalau ke sana. Jika kamu masih merasa dingin, di sekitar kawah ada yang menjual minuman bandrek. Jangan lupa memakai masker karena kawah yang masih aktif menimbulkan bau belerang yang menyengat.

tangkuban-5-6402d9244addee754a7f79d2.jpg
tangkuban-5-6402d9244addee754a7f79d2.jpg

Dari kawah Tangkuban Parahu dilanjutkan perjalanan ke tempat kuliner (foto dokpri)

Mengeksplore Kuliner di Sekitar Tangkuban Parahu 

Setelah dua jam mengeksplorasi Gunung Tangkuban Parahu dan berfoto ria untuk kenangan rasa lapar menyerang perut peserta kegiatan ini, maka saya tunjukkan deretan warung kuliner yang bisa dinikmati oleh peserta kegiatan

Pembelajaran Merdeka kali ini kuliner khas yang seperti ketan bakar yang sudah terkenal cita rasa yang nikmat. Ketan dibakar lalu diberi santan, agar lebih terasa gurih. Ketan biasanya dibungkus kecil menggunakan daun pisang, lalu dibakar. 

Aroma dari ketan yang dibakar menggunakan daun pisang mengeluarkan aroma yang luar biasa harum, sehingga membuat siapapun tergoda untuk mencobanya. 

Menyantap ketan bakar harus ditemani oleh segelas susu hangat yang membuat tubuh jadi lebih segar dan hangat. Selain ketan bakar, wisatawan bisa mencoba tahu susu yang tidak kalah nikmat rasanya, ada lagi oncom raos, yang merupakan kuliner khas Bandung, terbuat dari olahan kacang fermentasi.

Kunjungan di Wisata Tangkuban Perahu kami akhiri pukul 11.30 untuk melanjutkan makan siang dan sholat duhur di Lembang Bandung.
Ayo ceritakan perjalanan wisata anda di Kompasiana.

Menuliskan kenangan, 4 Maret 2023

Ahmad Syaihu untuk Kompasiana 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun