Mohon tunggu...
Ahmad hozali
Ahmad hozali Mohon Tunggu... Teknisi - Teknisi/Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Ahmad Hozali (41322110092) Mata Kuliah : Kewirausahaan III Dosen : Prof. Dr. Apollo, AK. M.Si.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Doktrin Arete untuk Tata Kelola Bisnis

30 Juni 2024   14:04 Diperbarui: 30 Juni 2024   15:26 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Definisi Arete

Arete adalah sebuah konsep yang berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang sering diterjemahkan sebagai "kebajikan" atau "keunggulan." Dalam konteks Yunani klasik, Arete tidak hanya mengacu pada sifat moral yang baik, tetapi juga pada pencapaian potensi tertinggi seseorang dalam berbagai aspek kehidupan. Konsep ini meliputi kemampuan, keterampilan, kebijaksanaan, dan kualitas yang memungkinkan individu untuk mencapai kebaikan tertinggi dalam tindakan dan karakter.

Arete memiliki implikasi yang luas dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks, seperti keunggulan dalam pertarungan, kepemimpinan, retorika, dan kehidupan sehari-hari. Dalam filsafat, Arete sering dikaitkan dengan pencarian kebaikan tertinggi dan bagaimana individu dapat hidup secara moral dan etis untuk mencapai eudaimonia, atau kebahagiaan sejati. Dengan kata lain, Arete adalah pengejaran terhadap kehidupan yang baik dan penuh makna melalui pengembangan dan penerapan kebajikan.

Plato, dalam karya-karyanya seperti "Republik," menekankan hubungan antara Arete dan keadilan dalam jiwa, serta peran pendidikan dalam mencapainya. Sementara itu, Aristoteles, dalam "Nicomachean Ethics," memberikan analisis yang lebih rinci tentang berbagai jenis kebajikan dan bagaimana masing-masing berkontribusi terhadap kebahagiaan (eudaimonia).

Dengan mengeksplorasi perbedaan dan persamaan pandangan mereka, makalah ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana Arete dipahami dalam tradisi filsafat Yunani dan bagaimana konsep ini dapat diterapkan dalam konteks kontemporer. Analisis ini juga akan menyoroti relevansi dan implikasi filosofis dari perbedaan pandangan Plato dan Aristoteles mengenai kebajikan dan keunggulan dalam kehidupan manusia.

Arete dalam Pemikiran Plato

Definisi dalam Konteks Plato

Dalam karya-karyanya, terutama dalam dialog "Republik," Plato mendefinisikan Arete sebagai kebajikan yang mencakup kualitas moral dan keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk mencapai potensi tertinggi mereka. Arete dalam pandangan Plato meliputi kebijaksanaan, keberanian, disiplin diri, dan keadilan. Baginya, Arete tidak hanya sekadar tindakan yang baik tetapi juga kondisi yang memungkinkan individu untuk hidup harmonis dan mencapai kebahagiaan sejati. Dalam "Republik," Arete dikaitkan dengan struktur ideal negara dan individu yang hidup dalam keadilan dan keseimbangan.

Hubungan dengan Jiwa

Plato menggambarkan jiwa (psuche) sebagai entitas yang terdiri dari tiga bagian: rasional (logistikon), emosional (thymoeides), dan keinginan (epithymetikon). Menurut Plato, Arete dalam jiwa tercapai ketika ketiga bagian ini berfungsi secara harmonis dan masing-masing menjalankan perannya dengan baik.

  • Rasional (Logistikon): Bagian rasional bertanggung jawab untuk berpikir dan membuat keputusan bijaksana. Kebajikan yang terkait dengan bagian ini adalah kebijaksanaan (sophia).
  • Emosional (Thymoeides): Bagian emosional adalah sumber keberanian dan semangat. Kebajikan yang terkait adalah keberanian (andreia).
  • Keinginan (Epithymetikon): Bagian keinginan mengendalikan kebutuhan fisik dan nafsu. Kebajikan yang terkait adalah disiplin diri (sophrosyne).

Keadilan (dikaiosyne), dalam pandangan Plato, adalah kebajikan yang muncul ketika ketiga bagian jiwa ini bekerja secara harmonis dan seimbang. Ketika setiap bagian menjalankan fungsinya tanpa mengganggu bagian lainnya, maka individu tersebut mencapai Arete atau kebajikan yang sempurna.

Contoh Spesifik

Salah satu contoh spesifik dari teks Plato yang menggambarkan konsep Arete adalah dalam "Republik," Buku IV, di mana Socrates, tokoh utama dalam dialog, menjelaskan konsep keadilan dalam jiwa. Ia menggambarkan bagaimana jiwa yang adil adalah jiwa di mana setiap bagian menjalankan tugasnya sendiri dan tidak mencampuri urusan bagian lain:

"Keadilan dalam diri seseorang, sepertinya, adalah suatu keadaan di mana ketiga bagian dari jiwa menjalankan fungsi mereka dengan baik dan tidak mencampuri urusan bagian lain. Orang yang adil adalah orang yang hidup dalam harmoni internal, di mana rasional mengendalikan emosional dan keinginan sesuai dengan kebijaksanaan."

Contoh lainnya adalah dalam Buku II, di mana Plato menggambarkan sistem pendidikan untuk penjaga (guardian) yang dirancang untuk mengembangkan kebajikan dan keunggulan pada individu sejak usia dini, dengan fokus pada pelatihan moral, intelektual, dan fisik.

Dengan demikian, dalam pandangan Plato, Arete adalah kebajikan yang dicapai melalui harmoni dalam jiwa dan pendidikan yang tepat, yang memungkinkan individu untuk mencapai potensi tertinggi mereka dan hidup secara adil dan baik.

Arete dalam Pemikiran Aristoteles

Definisi dalam Konteks Aristoteles

Aristoteles mendefinisikan Arete dalam "Nicomachean Ethics" sebagai kebajikan atau keunggulan yang terkait erat dengan fungsi manusia. Baginya, Arete adalah kualitas yang membuat sesuatu menjadi baik dan memungkinkan seseorang untuk menjalankan fungsinya dengan sangat baik. Aristoteles mengidentifikasi dua jenis kebajikan utama: kebajikan moral (ethike arete) dan kebajikan intelektual (dianoetike arete). Kebajikan moral berkaitan dengan karakter dan tindakan, sementara kebajikan intelektual berkaitan dengan pikiran dan pengetahuan.

Hubungan dengan Eudaimonia

Aristoteles mengaitkan Arete dengan eudaimonia, atau kebahagiaan sejati. Menurutnya, kebahagiaan adalah tujuan akhir manusia, dan itu dicapai melalui kehidupan yang dijalani dengan kebajikan dan aktivitas yang sesuai dengan kebajikan tersebut. Eudaimonia bukan sekadar perasaan bahagia, tetapi keadaan berkelanjutan dari kesejahteraan yang dicapai melalui kehidupan yang bermakna dan berlandaskan kebajikan.

Jenis-jenis Kebajikan

  • Kebajikan Moral: Kebajikan moral dikembangkan melalui kebiasaan dan latihan. Aristoteles percaya bahwa kebajikan moral diperoleh dengan mengulang tindakan yang baik hingga menjadi bagian dari karakter seseorang. Contoh kebajikan moral termasuk keberanian (andreia), kesederhanaan (sophrosyne), dan kemurahan hati (megalopsychia). Aristoteles menekankan bahwa kebajikan moral adalah jalan tengah antara dua ekstrem, misalnya, keberanian adalah jalan tengah antara pengecut dan nekat.
  • Kebajikan Intelektual: Kebajikan intelektual dikembangkan melalui pengajaran dan pembelajaran. Kebajikan intelektual mencakup kebijaksanaan (sophia), pengetahuan (episteme), dan kecerdikan (phronesis). Kebijaksanaan adalah puncak dari kebajikan intelektual dan melibatkan kemampuan untuk memahami kebenaran universal.

Hubungan Antara Kebajikan dan Tindakan

Aristoteles berpendapat bahwa kebajikan hanya dapat diwujudkan melalui tindakan. Menurutnya, memiliki kebajikan tanpa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari tidak cukup untuk mencapai eudaimonia. Kebahagiaan sejati dicapai melalui tindakan yang dilakukan dengan kebajikan sebagai panduannya.

Contoh Spesifik

Dalam "Nicomachean Ethics," Aristoteles menggambarkan bagaimana kebajikan moral dan intelektual berkontribusi terhadap kehidupan yang baik dan penuh makna. Salah satu contoh spesifik adalah analisisnya tentang kebijaksanaan praktis (phronesis), yang merupakan kemampuan untuk membuat keputusan yang baik dalam situasi sehari-hari. Kebijaksanaan praktis melibatkan penilaian yang baik tentang bagaimana bertindak secara etis dalam situasi konkret dan merupakan kebajikan yang sangat penting bagi seorang pemimpin atau wirausahawan.

"Kebijaksanaan praktis adalah kebenaran yang berkaitan dengan tindakan, disertai dengan penilaian yang benar tentang apa yang baik atau buruk bagi manusia."

Aristoteles juga mengilustrasikan konsep Arete melalui gagasan jalan tengah, misalnya dalam konteks keberanian. Keberanian adalah kebajikan yang terletak di antara pengecut (kekurangan keberanian) dan nekat (kelebihan keberanian). Seorang yang berani adalah mereka yang menghadapi bahaya dengan cara yang tepat, pada waktu yang tepat, dan untuk alasan yang tepat.

Kuis 14_UMB Jakarta, Prof Apollo, 2024
Kuis 14_UMB Jakarta, Prof Apollo, 2024

Arete dan Kewirausahaan

Konsep Arete, yang mencakup kebajikan atau keunggulan, dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kewirausahaan. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip kebajikan yang diajarkan oleh Plato dan Aristoteles, kita dapat mengembangkan pendekatan yang holistik dan beretika dalam kewirausahaan.

Menghubungkan Arete dengan Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah proses menciptakan, mengelola, dan mengembangkan usaha baru dengan tujuan mencapai keberhasilan ekonomi dan sosial. Penerapan prinsip Arete dalam kewirausahaan melibatkan pengembangan kebajikan dan keunggulan pribadi untuk mencapai hasil yang optimal dalam bisnis. Berikut adalah beberapa cara prinsip Arete dapat diterapkan dalam kewirausahaan:

  1. Kebijaksanaan dan Pengambilan Keputusan
    • Plato: Kebijaksanaan sebagai salah satu komponen Arete dalam jiwa memungkinkan wirausahawan untuk membuat keputusan yang bijaksana dan strategis. Kebijaksanaan melibatkan kemampuan untuk melihat gambaran besar dan mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan moral dan etis.
    • Aristoteles: Kebijaksanaan praktis (phronesis) sangat penting dalam kewirausahaan karena membantu wirausahawan dalam membuat keputusan yang tepat dalam situasi sehari-hari. Seorang wirausahawan yang bijaksana mampu menilai risiko dan peluang dengan baik, serta mengambil tindakan yang menguntungkan perusahaan dan masyarakat.
  2. Keberanian dan Inovasi
    • Plato: Keberanian adalah komponen penting dari Arete, yang memungkinkan individu untuk menghadapi tantangan dan mengambil risiko. Dalam konteks kewirausahaan, keberanian diperlukan untuk berinovasi dan mengeksplorasi ide-ide baru.
    • Aristoteles: Keberanian sebagai jalan tengah antara pengecut dan nekat, penting bagi wirausahawan untuk mengambil risiko yang diperhitungkan dan tidak takut menghadapi kegagalan. Keberanian mendorong inovasi dan kemampuan untuk bangkit kembali dari kegagalan.
  3. Disiplin Diri dan Manajemen
    • Plato: Disiplin diri adalah kebajikan yang mengendalikan keinginan dan nafsu, membantu individu untuk tetap fokus dan berkomitmen pada tujuan mereka. Dalam kewirausahaan, disiplin diri penting untuk manajemen waktu, sumber daya, dan tenaga kerja secara efektif.
    • Aristoteles: Disiplin diri (sophrosyne) adalah kebajikan yang membantu wirausahawan menjaga keseimbangan dalam kehidupan profesional dan pribadi, serta mengelola perusahaan dengan efisien.
  4. Keadilan dan Etika Bisnis
    • Plato: Keadilan sebagai kebajikan tertinggi mencakup harmoni dalam jiwa dan masyarakat. Seorang wirausahawan yang adil memastikan bahwa praktik bisnis mereka tidak hanya menguntungkan diri sendiri tetapi juga masyarakat luas.
    • Aristoteles: Keadilan dalam kewirausahaan melibatkan tindakan etis dan berkeadilan dalam semua aspek bisnis, termasuk perlakuan terhadap karyawan, pelanggan, dan mitra bisnis.

Peran Pendidikan dalam Kewirausahaan

Seperti dalam konsep Plato tentang pendidikan untuk mencapai Arete, pendidikan juga memainkan peran penting dalam pengembangan wirausahawan yang sukses. Pendidikan kewirausahaan yang mencakup aspek intelektual, moral, dan praktis dapat membantu individu mengembangkan keterampilan dan kebajikan yang diperlukan untuk berhasil dalam dunia bisnis.

  1. Pendidikan Intelektual
    • Mengajarkan keterampilan analitis dan pemecahan masalah yang diperlukan untuk membuat keputusan bisnis yang bijaksana.
    • Meningkatkan pengetahuan tentang pasar, manajemen, dan teknologi yang relevan dengan bisnis.
  2. Pendidikan Moral
    • Menanamkan nilai-nilai etis dan kebajikan yang membentuk karakter wirausahawan.
    • Mendorong praktik bisnis yang adil dan bertanggung jawab sosial.
  3. Pendidikan Praktis
    • Memberikan pengalaman langsung melalui magang, proyek bisnis, dan mentoring.
    • Mengembangkan keterampilan praktis dalam manajemen, pemasaran, dan operasi bisnis.

Contoh Penerapan Arete dalam Kewirausahaan

Contoh nyata penerapan Arete dalam kewirausahaan dapat ditemukan dalam kisah sukses para wirausahawan yang menunjukkan kebijaksanaan, keberanian, dan disiplin diri dalam membangun bisnis mereka. Misalnya, seorang wirausahawan yang memulai perusahaan teknologi inovatif mungkin menghadapi berbagai tantangan dan risiko, tetapi melalui kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan, keberanian untuk berinovasi, dan disiplin dalam manajemen, mereka mampu mencapai kesuksesan.

  • Steve Jobs: Pendiri Apple, yang dikenal karena kebijaksanaan strategisnya dalam mengembangkan produk-produk inovatif, keberaniannya untuk mengambil risiko besar, dan disiplinnya dalam mencapai visi jangka panjang.
  • Elon Musk: Pendiri Tesla dan SpaceX, yang menunjukkan keberanian luar biasa dalam menghadapi tantangan teknologi dan pasar, serta kebijaksanaan praktis dalam mengelola perusahaan yang kompleks dan inovatif.

Kesimpulan

Prinsip-prinsip Arete dari Plato dan Aristoteles memberikan landasan yang kuat untuk mengembangkan pendekatan kewirausahaan yang beretika dan efektif. Dengan menanamkan kebijaksanaan, keberanian, disiplin diri, dan keadilan dalam praktik bisnis, wirausahawan dapat mencapai kesuksesan yang berkelanjutan dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Pendidikan yang tepat dan berfokus pada pengembangan kebajikan ini dapat membantu individu menjadi wirausahawan yang tidak hanya sukses secara finansial, tetapi juga berkontribusi terhadap kesejahteraan sosial dan moral.

Sumber :

  1. Plato
    • Plato. The Republic. Translated by Allan Bloom, Basic Books, 1991.
  2. Aristoteles
    • Aristotle. Nicomachean Ethics. Translated by Terence Irwin, Hackett Publishing Company, 1999.
  3. Aristoteles
    • Aristotle. Nicomachean Ethics. Translated by W.D. Ross, Oxford University Press, 2009.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun