Mohon tunggu...
Ahmad zaenal abidin
Ahmad zaenal abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjahit kata

Seorang penyulam yang percaya bahwa jahitan kata bisa merubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Stoikisme Al-Hikam dalam Narasi Nobita

28 September 2022   09:34 Diperbarui: 28 September 2022   09:40 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Nobita bergegas membawa anak dan istrinya menuju pameran peluncuran rumah perdana di pinggiran kota, lingkungan yang asri dan udara terbaik, pemandangan menghadap lapangan golf dan nampak dua pegunungan dikedua sisi, tak lupa kolam renang pribadi di taman belakang yang membuatnya semakin menggebu untuk memilikinya.

Shizuka bukannya tak sadar apa yang dilakukan Nobita sekarang adalah bagian penyakit lamanya yang serba grasa-grusu, tanpa perhitungan matang. Tapi Shizuka juga wanita biasa yang ingin memiliki rumah istimewa. 

Dalam perjalanan, Shizuka bertanya apakah Nobita memiliki uang yang cukup untuk membeli rumah yang dituju, lalu seperti biasa Nobita menjawab bisa mengusahakannya, mata Nobita terlihat berbinar saat mengucapkannya, jawaban yang sudah ditebak oleh Shizuka sebelumnya.

Rumah yang dituju memiliki tiga lantai dengan gaya minimalis modern, dirancang oleh arsitek terbaik di Jepang. Rumah itu nyaris sempurna disetiap sisi. Shizuka beberapa kali menatap Nobita mengerenyitkan dahi saat berbincang dengan marketing perumahan yang nampak sangat ramah.

Nobita bertanya apakah Shizuka menyukai rumah itu, rumah idaman yang jadi impian mereka selama ini.

Shizuka coba realistis, dia mengatakan rumah itu nyaris sempurna, tapi terlalu banyak memiliki ruang, Shizuka menambahkan bahwa rumah yang dia idamkan sejatinya seperti rumah mereka sekarang, rumah yang jadi tempat berkumpulnya keluarga dan sanak famili ketika berkunjung, bukan rumah yang memiliki banyak ruang.

Nobita merenung sejenak, dia teringat hal-hal yang bisa dalam kendalinya dan hal diluar kendalinya. Dia mulai sadar, bahwa kebahagiaan yang dia coba wujudkan itu berawal dari keinginan, berdasar dari pengalaman, gagal mengontrol keinginan adalah bermulanya keresahan, rasa cemas, hingga akhirnya sulit untuk merasakan ketenangan.

Nobita teringat pesan Epictetus dalam filsafat stoikisme.

"Ada hal-hal yang berada dalam kendali kita, ada hal-hal diluar kendali kita."  

Jika dia bisa berdamai dengan hal-hal diluar kendalinya, maka Nobita mulai menepikan kembali harapan. Nyatanya, kebahagiaan yang dia kira bermula dari keinginan memiliki rumah besar, bisa dia rasakan walau tak mengikuti keinginannya.

Nobita hanya ingin membuat Shizuka bahagia, dan dia bahagia karenanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun