Mohon tunggu...
Ahmad zaenal abidin
Ahmad zaenal abidin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penjahit kata

Seorang penyulam yang percaya bahwa jahitan kata bisa merubah dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Untukmu

29 Agustus 2022   20:25 Diperbarui: 29 Agustus 2022   20:35 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tahu kah kau, saat papa mamamu katakan kau tak akan bahagia andai hidup bersamaku, aku tak kecewa apalagi marah, pada saat itu, mungkin setiap calon mertua akan berpendapat sama saat anaknya kupinang, aku bersyukur hal itu malah memotivasiku untuk berhasil, sejak hari itu aku selalu bersungguh-sungguh dalam setiap usahaku.

Andai saja kau tahu, saat aku nyaris gagal dalam setiap langkahku, selalu saja namamu yang terlintas dalam benak, hal itu yang membuat semangatku bertambah seraya membayangkan suatu saat kau akan mendengar jejak langkahku.

Sepuluh tahun berlalu semenjak perpisahan kita, tak kusangka kita akan bertemu lagi.

Saat konser lagu kenangan Minggu lalu, dengan drescode seragam SMU semesta mempertemukan kita lagi.

Di depan panggung musik diwaktu senja, sesosok wanita dengan wangi parfum istimewa melewatiku, aku tahu siapa saja bisa menggunakan parfum Benetton tribu sama dengan yang sering kau gunakan dulu, tapi paduan wangi parfum dan keringat itu ku yakin tak ada lagi yang memilikinya.

Semesta seolah berhenti saat kau menoleh kebelakang menatap pria dibelakangku, dengan dua bola mata bulat dan rambut ikal dikuncir kuda, kau masih seperti dulu.

Jujur aku berharap kau melihatku saat itu, saling berpandangan walau sedetik saja, seperti saat aku dulu menatapmu di bawah pohon Pinus di seberang masjid raya setiap sabtu malam bersama kekasihmu.

Kau gandeng seorang pria yang kuduga adalah suamimu, seorang pria yang terlihat mapan dan rona wajah penuh cinta saat menggenggam tanganmu mendendangkan lagu-lagu saat kita remaja dulu.

Andai saja kau melihatku, aku tak datang sendiri pada acara itu, walau di depan panggung aku tidak dengan pasanganku, karena istriku ada di panggung memainkan tuts piano akustik dan keyboard secara bergantian. Aku  datang sore itu untuk melihat penampilan istriku untuk pertama kalinya diatas panggung.

Lima tahun sudah aku membina rumah tangga dengan seseorang yang mempercayaiku semenjak pertama bertemu, dia wanita sederhana yang selalu ingin membuatku bahagia.

Dia mengetahui kisah tentangmu entah dari siapa, tapi tetap memberiku privasi pada masa laluku. Itulah mengapa aku memberikan segenap cintaku untuknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun