Begitu pun juga dengan kita, memerlukan jeda aktifitas, memulihkan luka, dan memberi kesempatan pada diri untuk kembali membumi, berdamai dengan kenyataan atas semua kegagalan dan nestapa.
"Semesta Terang Benderang Karena Pantulan Nur Allah."
"Semesta itu semuanya dalam kegelapan, sedangkan yang meneranginya, hanya karena dhohirnya Al-Haq [Allah] padanya, maka siapasaja yang melihat alam semesta, lalu tidak melihat Allah di dalamnya, atau di dekatnya, atau sebelumnya, atau sesudahnya, maka sungguh ia telah disilaukan oleh Nur [Cahaya] Allah, dan tertutup baginya surya [Nur-Cahaya] Ma'rifatullah oleh tebalnya benda-benda semesta ini."
Pesan Syeikh Ibn Athailah dalam karya Magnum Opusnya Al-Hikam kembali mengingatkan kita agar tak men-Tuhan-kan dunia yang fana.
Bahwa capaian dan kegagalan kita adalah fana, bahkan sejatinya kita itu tidak ada.
Selaras dengan pesan Imam Al-Ghazali dalam Misykat Al Anwar:
"Yang hakiki adalah nur (cahaya) Ketuhanan."
Hari ini bumi kembali bersinar, memancarkan senyum dengan rona bahagia.
Sebaiknya juga kita, memulai lagi langkah-langkah yang sempat terjeda, siapa tahu, kegagalan kita di masa lalu dan kini, adalah cara Tuhan memeluk hambanya.J
"Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan. Begitulah caranya
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepadaNya
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;"
"karena Tuhan, dengan rahmatNya
akan tetap menerima mata uang palsumu
Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja."
"Begitulah caranya wahai pejalan
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayolah datang, dan datanglah lagi Karena Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepadaKu, karena Akulah jalan itu.”