"Nama saya, Jodi," jawabku pelan sambil membasuh air mata yang masih tersisa.
"Jodi, jujur awalnya saya gak yakin bakal lolos, saya kira ini sebuah sajak yang kamu bacakan, tapi pada saat bagian Reff dan Chorus saya baru sadar ini adalah lagu Eminem, dan kamu membawakannya dengan sangat bagus, saya gak berpikir ulang untuk menekan tombol, saya berharap kamu mau bergabung dengan tim saya, what a rap song dude," tutur juri Anggun yang membuat hidungku naik ke langit ketujuh.
"Terima kasih Coach Anggun," balasku pelan sambil mengangkat tangan kanan ke dada kiri sebagai tanda penghormatan.
"Jodii!!" seru Coach Titi memanggil namaku dengan semangat.
"Iya, Coach Titi," balasku tak kalah semangat.
"Jarang sekali saya mendengar orang bernyanyi sampai bikin nangis, saya merasakan emosi yang dalam saat kamu bernyanyi, walau saya akui, membawakan lagu rap dalam kompetisi tarik suara seperti ini memiliki risiko tinggi, tapi kamu mampu melewatinya dengan baik. Saya mendengar sebuah ekspresi yang dalam, soulnya dapet banget." Â Coach Titi berkali-kali mengacungkan kedua jempolnya.
"Terima kasih, Coach Titi," balasku pelan. Entah kenapa aku menemukan sosok keibuan dalam dirinya. Tiba-tiba aku ingat Ibu di rumah. Semoga Ibu menontonnya.
"Jodi, satu lagi saya mau tanya." Coach Titi mulai serius bertanya.
"Apa motivasimu untuk mengikuti The Voice Indonesia?" Coach Titi menambahkan.
"Hhhmmm ...." Lidahku mulai kelu, tak yakin apa yang akan aku jawab.
"Hhmmm, saya ...." Aku mulai gugup, tak sanggup berkata seraya menundukkan muka.