Api tersebut menyebar ke segala arah. Melahap segala sesuatu yang ada di depannya. Rumah, warung, pohon, kendaraan, hingga orang-orang yang berlindung dari aksi baku tembak.
Mereka meronta-ronta kesakitan. Tubuh mereka terpanggang hidup-hidup.
Wiwik tersentak melihat apa yang terjadi. Tubuhnya membeku seketika. Napasnya juga semakin cepat. Dalam hitungan detik saja ia sudah mengubah pertarungan antara polisi dan teroris menjadi neraka.
"Apa yang sudah kuperbuat?" ungkapnya sambil menatap ngeri ke arah orang-orang yang terbakar hidup-hidup.
Sontak, seorang polisi berdiri dari tempatnya berlindung. Rekan di sebelahnya masih terpaku melihat apa yang terjadi di depan.
"Hei, cepat per-" hardiknya terputus. Ia roboh seketika terkena tembakan dari belakang. Tubuhnya tersungkur dengan wajah mencium aspal. Polisi di sebelahnya terkejut. Namun karena tembakan yang terus-menurus menuju kearahnya, ia terpaksa membiarkan rekannya tergeletak bersimbah darah.
Baku tembak semakin intens. Para teroris berhasil menyudutkan polisi yang tersisa. Kekacauan yang terjadi di belakang tak serta merta membuat mereka gentar. Malahan ini adalah kesempatan bagi mereka untuk bergerak maju.
"Bagus!" ungkap Red Gun antusias seraya melambaikan isyarat pada anak buahnya, "Ayo semua, maju lagi. Ini kesempatan kita!"
Bagi Wiwik situasi ini justru membuatnya kebingungan. Tubuhnya pun gemetaran. Keadaan makin tidak terkendali. Apa yang diperbuatnya justru memperburuk situasi.
Di tengah kebingungan ini ia melihat salah seorang teroris berlari mendekat menuju mobil tahanan.Â
Wiwik berusaha tenangkan diri. Sambil gemetar, ia alirkan energi ke tangan kanannya lalu ditembakanlah bola api ke arah teroris tersebut.