Mohon tunggu...
Ahmad Afandi
Ahmad Afandi Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh

Masih Belajar Menulis (Kembali) !!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembuktian

15 April 2024   16:45 Diperbarui: 10 Mei 2024   16:15 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah mobil tahanan berwarna hitam terguling di  tengah jalan. Terdapat juga bekas ledakan di belakang mobil tersebut. Dari balik kacanya yang retak, tampak sopir mobil tersebut yang tidak sadarkan diri.

Empat polisi yang masih bertahan menembak ke arah musuh dengan pistol dan senapan ringan. 

Dengan berlindung di balik badan mobil patroli, para abdi negara tersebut mencoba memberikan serangan balasan untuk mengulur waktu.

"Roger, Skuad 9 memanggil markas. Kami diserang oleh teroris. Segera kirim bantu-" Polisi tersebut segera memutus pembicaraan dan menunduk untuk berlindung. Beberapa tembakan hampir mengenai dirinya jikalau ia tidak menunduk tadi.

"Terus berondong mereka kawan-kawanku. Terus push push push lagi bajingan itu!" pekik seorang pria berompi anti peluru dengan memakai topeng merah-hitam yang terbelah vertikal.

Pakaian serba hitam lengkap dengan rompi anti peluru dan topeng yang khas macam itu sudah cukup membuat orang sekitar mengenalinya. Red Gun namanya, seorang pemimpin dari kelompok teroris paling dicari oleh pemerintah bernama 'Pedang Hitam' .

"Ayo bersiap. Kau dan aku akan maju kesana untuk membebaskan adikku," perintahnya sambil menunjuk kearah mobil tahanan dan memberikan linggis ke salah satu anak buahnya yang berambut gondrong.

"Siap Kapten!" jawab anak buahnya itu sambil memberi hormat.

Wiwik mengamati di balik dinding gedung seberang. Sesekali ia mencoba untuk menarik dirinya kebelakang agar tidak terkena tembakan.

Meskipun gedung tersebut agak jauh, ia masih dapat melihat empat polisi melawan delapan orang teroris bersenjata senapan serbu.

Ia melihat dengan seksama. Dalam hatinya mulai gundah. Rasa ingin membantu dan tidak yakin mulai muncul. Ia hanya tak yakin apakah kekuatannya cukup untuk menghabisi seluruh teroris itu dalam sekali serang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun