Dan tidak menutup kemungkinan apa yang hanya diucapkan oleh gur tanpa dilakukan akan dicontoh oleh peserta didik, ini hanya masalah proses dan waktu bagi peserta didik untuk menyesuaikan dengan kenyataan yang ada.
Jadi, selama ucapan yang disampaikan oleh pendidik terhadap peserta didik positif maka sampaikanlah, karena guru merupakan penyambung lidah bagi peserta didik, hal yang tidak dapat dipahami dan dicerna oleh peserta didik dari buku pelajaran, maka gurulah tempat mendapatkan pemahaman bagi peserta didik, melalui pemahaman dari seorang gurulah materi yang awalnya sulit menjadi lebih mudah.Â
Jadi, meskipun pendidik tersebut belum mampu untuk melaksanakan ucapannya sendiri Tapi paling tidak guru telah memberikan energi dan pandangan positif  kepada peserta didik, sehingga kembali kepada peserta didik mau melakukan apa yang disampaikan oleh guru atau tidak.
Memang tidak mudah apabila setiap ucapan harus dilakukan, harus ada niat yang tulus dari hati untuk mewujudkan ucapan sendiri. Dan ketika ucapan disampaikan melalui hati maka akan sampai pada hati.Â
Dan sebagai guru jangan pernah berpikiran bahwa nasehat yang diberikan harus selalu diikuti, harus ditaati, harus dipenuhi oleh peserta didik, jangan pernah merasa ingin dihormati, di sanjung, dan diagungkan peserta didik. karena rasa hormat, rasa agung dan merasa diri besar akan menghilangkan inti dari rasa ikhlas dalam mendidik.Â
Dihormati, diagungkan dan sebagainya merupakan wilayah peserta didik, mereka akan memberikan penilaian terhadap personal dari seorang guru. Guru hanya perlu mengajar dengan ikhlas dan sesuai dengan etika profesi keguruan sembari berusaha memperbaiki tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
#Semoga Bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H