Mohon tunggu...
Ahmad Aunullah
Ahmad Aunullah Mohon Tunggu... Konsultan - Pelaku Wisata

Pelaku wisata yang tidak suka berada indoor terlalu lama. Berkantor di Lombok, bertempat tinggal kebanyakaan di laut.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Tantangan Masa Datang bagi Industri Aviasi

9 September 2021   06:55 Diperbarui: 9 September 2021   10:35 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Suasana Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta.| Sumber: KOMPAS.com/SINGGIH WIRYONO

Industri aviasi khususnya aviasi sipil komersial dan private telah menjadi penggerak perekonoman dunia dalam beberapa dekade terakhir ini.

Industri aviasi menciptakan konektivitas antar bangsa dengan tidak saja melalui penerbangan komersial kepada orang saja namun juga berupa kargo yang membuat pergerakan laju perekonomian dunia menjadi lebih cepat dan tersebar dengan perdagangan antar bangsa.

Sebagai industri yang besar pula, industri aviasi dalam perkembangannya tidak luput dari goncangan-goncangan atau turbelensi yang diakibatkan oleh banyak hal pula seperti serangan teroris, keadaan ekonomi serta kesehatan (wabah).

Kejadian 9/11 telah membuat industri aviasi berusha keras untuk meyakinkan pengguna transportasi udara akan keamanan penerbangan dengan mengeluarkan dana yang tidak kecil seperti pengetatan pemeriksaan di bandara.

Krisis keuangan dunia pada tahun 2008 juga sempat mengganggu industri aviasi khususnya aviasi sipil komersial.

Wabah dalam kesehatan juga beberapa kali membawa turbelensi kepada industri aviasi yaitu wabah SARS di Asia Timur serta Kanada pada tahun 2002 dan 2003 serta wabah Avian Flu beberapa tahun kemudian dan tahun 2013.

Akan tetapi industri aviasi selalu berhasil melewati turbelensi-turbelensi walau membutuhkan waktu dan investasi yang tidak kecil pula dari sektor maskapai dan sektor bandara.

Pandemi Covid-19 memang menjadi salah satu turbelensi di industri aviasi namun tercatat sebagai yang terburuk dan terlama dalam sejarah dunia aviasi sipil konersial.

Pada acara Arab Aviation Summit 2021 beberapa waktu yang lalu, pihak IATA menyebutkan industri aviasi mengalami kerugian sebesar 84,3 milyar dollar pada tahun 2020

Foto: Markus Winkler on Pixabay.com
Foto: Markus Winkler on Pixabay.com

Untuk sekian kalinya industri aviasi diuji kembali dengan dampak pada penurunan dalam jumlah permintaan dari pengguna transportasi udara, selain itu juga karena sebagai industri yang menggerakan orang dan barang antar bangsa, industri ini juga yang dianggap sebagai salah satu alasan cepatnya penyebaran coronavirus.

Penutupan pintu gerbang yang dilakukan negara-negara telah menghentikan mobilitas pengguna penggunanya dan karena mobilitas adalah salah satu sayap dari industri ini maka berdampak pula pada semua sektor yang ada di industri aviasi.

Pesawat-pesawat pun tak mengudara, terparkir di bandara-bandara dan di Boneyard yaitu tempat penyimpanan (storage) dan peristirahat terakhir bagi pesawat, perusahan terkenal yang dipercaya oleh para pelaku industri aviasi dalam penyediaan data dan analisis dibidang aviasi yaitu Cirium menyebutkan ada sekitar 65% dari jumlah pesawat didunia mengalami nasib ini.

Para pemegang kepentingan di industri aviasi pun meminta negara-negara untuk membuka kembali pintu gerbangnya agar konektivitas antar bangsa dapat kembali menggerakan roda perekonomian dunia.

Namun pandemi ini sangatlah berbeda dari turbelensi lainnya yang telah dilalui di masa lalu sehingga walaupun sektor maskapai dan bandara di beberapa negara sudah menerapakan protokol kesehatan serta sistem digitalisasi nya, pandemi tidak langsung lenyap.

Banyak pemegang kepentingan seperti Badan Aviasi Sipil Dunia (ICAO), IATA dan lainnya tidak dapat memprediksi seacara pasti kapan industri aviasi bisa pulih dan kembali pada keadaan sebelum pandemi.

Dua hal yang bisa menjadi sebab pandemi ini terlama bagi industri aviasi menurut penulis yaitu datangnya kenormalan baru dan penanggulangan dari Covid-19 ini dimana keduanya harus dijalankan diwaktu yang bersamaan, tidak bisa terpisah sedetik pun.

Kenormalan baru kali ini memang dalam bidang kesehatan tapi berhubungan langsung dengan kebiasaan manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari, tidak hanya dibandara ketika akan bepergian seperti pada kenormalan baru di kejadian 9/11.

Reformasi Kultur dan Sistem

Vaksinasi bukan akhir perjalanan pandemi, namun arah menuju kepulihan dari pandemi, selanjutnya adalah bergantung pada para pelaku industri aviasi dan para penggunanya yang notabene adalah masyarakat.

Menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan memang terdengar tidak sulit dilakukan namun tidaklah demikian ketika harus menjadi kebiasaan, karena ketiga aktivitas itu bergantung pada kesadaran dan kedisplinan individu, berbeda dengan protokol keamanan pada kenormalan 9/11 dimana kita sebagai pengguna transportasi udara harus patuh mengikuti prosedur di bandara kalau ingin bisa terbang.

Pada pandemi ini sebenarnya juga dilakukan pengetatan di bandara namun apakah ini juga dilakukan oleh setiap individu ketika sebelum dan sesudah melakukan perjalanan ?.

Coronavirus sebenarnya bukan satu-satunya wabah atau virus yang pernah ada dan akan ada di kehidupan jika kita menyadarinya, namun coronavirus dapat dikatakan sebagai wake up call yang paling keras terdengar untuk kita benar-benar terbangun dari tidur dan menyadarkan bahwa kita sudah berada di kenormalan baru bukan era yang sebelumnya.

Meskipun tidak ada yang dapat memprediksi kapan pandemi ini akan berakhir, kita tetap sudah berada di kenormalan baru, semakin lama kita tidak menyadarinya selama itu pula pandemi bisa berlangsung dengan masih tingginya jumlah kasus yang terjadi.

Apakah kita akan tetap membiarkan pandemi ini bersama dengan kita untuk waktu yang lebih lama lagi hanya karena kita masih ingin hidup di era sebelum kenormalan baru?

Reformasi kultur perlu dilakukan oleh setiap individu untuk menerima dan membiasakan dengan yang baru di kehidupan yang baru ini.

Bagi pelaku industri aviasi seperti sektor maskapai dan bandara, kenormalan baru juga berarti sistem baru yang dapat meyakinkan semua penggunanya akan keselamatan mereka.

Pada kenormalan baru setelah kejadian 9/11 sektor maskapai dan bandara menginvestasikan dana yang tidak sedikit dalam membangun sistem keamanan di bandara dan selama dalam penerbangan seperti penguatan pintu kokpit.

Pada kenormalan baru pandemi ini, digitalisasi merupakan sistem yang musti dilakukan oleh semua bandara di seluruh dunia termasuk Indonesia pastinya.

Paspor digital kesehatan, layanan tanpa sentuh, pengecekan suhu tubuh di bandara dan lainnya adalah beberapa contoh sistem baru yang diterapkan oleh maskapai dan bandara.

Harapan dari kalangan aviasi untuk kembali ke tingkat sebelum pandemi tidaklah akan semudah yang dibayangkan bila kita semua masih menganggap masih berada di era sebelum pandemi, sehingga reformasi kultur dan sistem pada kenormalan baru perlu dilakukan oleh kita semua, tidak saja untuk mempercepat pemulihan industri aviasi tapi juga mempercepat proses penanggulangan Covid-19 yang justru menjadi pembuka gerbang konektivitas antar bangsa ini.

Selain dari wabah virus dan penyakit, industri aviasi juga masih harus menghadapi beberapa masalah seperti penggunaan CO2 serta serangan teroris.

Dengan mengutip dari website Air Transport Action Group (ATAG), seluruh penerbangan didunia menyumbangkan sebanyak 935 juta ton CO2 pada tahun 2019, jumlah ini memang terdengar banyak namun hanya mempresentasikan 12% dari jumlah CO2 yang diproduksi oleh industri transportasi keseluruhan dimana yang terbanyak adalah dari transportasi darat yaitu sebesar 74%.

Para teroris juga masih menganggap aviasi sebagai target empuk dengan berbagai inovasi dan cara, kita masih teringat oleh kejadian dimana seseorang bernama Richard Reid mencoba mengaktifkan bom dari sepatunya dalam penerbangan dari Paris ke Miami pada tanggal 22 Desember 2001.

Hal yang menjadi penyebab dari teroris menjadikan industri aviasi sasaran empuk adalah karena bandara khususnya sebagai tempat berkumpulnya banyak orang (high profile), nilai komersialnya yaitu di terminal dan akan memicu reaksi dari pemerintah setempat

Industri aviasi memang besar baik dari ukuran dan perannya, namun tantangannya pun selalu berat, sejarah perkembangan sangat panjang namun satu kejadian bisa segalanya dalam sekejap.

Akan tetapi industri aviasi diyakini akan terus mengembangkan sayapnya seiring dengan meningkatnya kebutuhan mobilitas dari penggunanya, angkasa biru pun selalu menyambutnya walau sesekali memberikan turbelensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun