Mohon tunggu...
Ahmad Aunullah
Ahmad Aunullah Mohon Tunggu... Konsultan - Pelaku Wisata

Pelaku wisata yang tidak suka berada indoor terlalu lama. Berkantor di Lombok, bertempat tinggal kebanyakaan di laut.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Pesawat yang Mengakhiri Era Jumbo

2 Juni 2021   12:20 Diperbarui: 2 Juni 2021   12:26 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana dengan Airbus A-380, apakah memang lahir karena atas dasar adanya permintaan dari maskapai atau hanya berdasarkan untuk sebuah kebanggaan atau lainnya?

Jawabannya mungkin terletak pada perspektif kedua pabrikan ini dalam melihat perkembangan penerbangan sipil komersial di masa datang ketika itu.

Airbus melihat lonjakan jumlah pengguna transportasi udara di berbagai belahan dunia sehingga dunia (bukan maskapai ? ) membutuhkan pesawat dengan kapasitas besar dalam sekali penerbangan sehingga maskapai tidak perlu menambah frekwensi penerbangan di jalur yang padat dan tanpa menambah biaya landing slot yang cukup tinggi di bandara tujuan.

Sedangkan Boeing melihat dari preferensi pengguna transportasi udara yang ingin adanya penerbangan langsung tanpa harus transit di bandara pengumpul atau hub.

Lahirlah dua pesawat dari dua perspektif yang berbeda yaitu Airbus A-380 dan Boeing B-787 Dreamliner.

Sang superjumbo memang sudah menghiasi angkasa namun kehadirannya kini menjadi sebuah beban yang memiliki berat yang sama dengan badan pesawat sang superjumbo.

Pernyataan dari CEO Qatar Airways merupakan pernyataan yang berdasar kuat dan bukan untuk menjatuhkan martabat sang superjumbo.

Maskapai Qantas pernah mengatakan bahwa  untuk sekali penerbangan selama 14 jam dengan 484 penumpang Sydney ke Los Angeles dengan Airbus A-380 dibutuhkan biaya sebesar $305,735  sehingga jika dihtung per jam nya mereka mengeluarkan dana sebesar $21,838.

Bila mereka mengoperasikan pesawat Boeing B-777 dengan rute yang sama dan mengangkut 361 penumpang dibutuhkan biaya $190,422 sehingga per jam nya sebesar $13,601, lebih rendah dari mengoperasikan sang superjumbo.

Pertanyaan kepada maskapai yang muncul adalah pada latar belakang mereka memutuskan membeli sang superjumbo, apakah memang sesuai dengan kebutuhan atau hanya lebih sekedar pelengkap armada mereka.

Kebutuhan disini adalah ketika pesawat yang mereka gunakan pada sebuah jalur penerbangan mereka sudah tidak bisa menampung permintaan yang melebihi kapasitas dan untuk menambah slot penerbangan di bandara tujuan akan berbiaya tinggi dalam jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun