Mohon tunggu...
Ahmad Aunullah
Ahmad Aunullah Mohon Tunggu... Konsultan - Pelaku Wisata

Pelaku wisata yang tidak suka berada indoor terlalu lama. Berkantor di Lombok, bertempat tinggal kebanyakaan di laut.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pariwisata Kini Tidak Hanya Kepercayaan Saja

30 Juli 2020   14:40 Diperbarui: 30 Juli 2020   15:29 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini sering sekali kita mendengar kalimat yang mengatakan bahwa pariwisata kini adalah bisnis kepercayaan dalam menghadapi kenormalan baru dan itu tidak saja tepat namun merupakan keharusan.

Kepercayaan tersebut harus ditanamkan oleh para pelaku wisata mulai dari penginapan, transportasi, retil dan sektor pendukung pariwisata lainnya.

Pandemi masih berlangsung dan saat angka terinfeksi juga masih berada ditingkat yang mengkhawatirkan, cenderung stabli dan atau naik, banyak orang yang menambah pertimbangannya untuk kembali berlibur.

Akan tetapi apakah dengan menjalankan protokol kesehatan yang dianjurkan sudah cukup dengan melihat dari beberapa kejadian yang menimpa pariwisata kita beberapa tahun terakhir ini  serta banyak hal yang masih perlu di tata ulang  ?.

Negara Kepulauan di Cincin Api

Indonesia merupakan negara kepulauan sehingga dengan banyaknya pulau-pulau yang tersebar menjadikan wisata bahari dan wisata pulau berpotensi besar untuk mendatangkan wisatawan.

Kita bisa melihat bagaimana ramainya gili utara di Lombok yang selalu dipenuhi oleh wisatawan asing dan domestik atau pulau-pulau lainnya seperti Komodo, Rinca dan masih banyak lagi.

Pada tanggal 5 Agustus 2018 terjadi gempa di Lombok dan membuat kita kaget karena sebelumnya tidak ada yang menduga hal itu bisa terjadi, beberapa lama kemudian gempa terjadi lagi di Palu dimana destinasi wisata Donggala terkena juga.

Kita kaget karena kita terkadang lupa bahwa Indonesia terletak di Cincin Api tau Ring of Fire yang merupakan Kawasan yang sering terjadi gempa bumi dan letusan gunung api.

Wisata bahari dan wisata pulau di Indonesia bukan hanya memiliki potensi yang besar mendatangkan wisatawan namun memiliki potensi bencana alam yang cukup besar.

Lokasi dan Regulasi

Pulau memang memiliki daya tarik (attraction) yang sangat besar kepada wisatawan, banyaknya pembangunan pada sektor pariwisata menjadi pelengkap buat destinasi wisata pulau dalam melayani para wisatawan.

Moda transportasi laut menjadi pilihan utama dan mungkin satu-satunya bila tidak ada fasilitas angkutan udara disana seperti helipad atau bandara.

Perijinan untuk membangun sebuah bangunan memang sudah diatur dan ditaati tetapi terkadang aspek geologi sering kali terlewati untuk alasan tertentu sehingga apa yang terjadi adalah adanya bangunan seperti penginapan atau restoran yang justru terletak dikawasan berbahaya.

Pulau yang lokasinya jauh dari daratan utama dan menjadi destinasi wisata biasanya justru semakin minim peralatan dan perlengkapan serta penentuan jalur evakuasi saat bencana alam terjadi dan jika terjadi bencana alam dampaknya akan lebih dibanding jika antisipasi sudah disiapkan.

Padahal jika kita ingin membangun pulau pribadi saja harus berada pada radius 90 menit dari daratan utama atau pulau yang lebih besar, hal ini untuk mengantisipasi bila terjadi keadaan darurat dan harus memiliki dermaga untuk kapal bersandar.

Apa yang terjadi pada beberapa waktu terakhir kemarin ini membuat kita harus belajar terus dan memahami destinasi wisata dari segala hal dan utamanya adalah aspek geologi nya, apakah sebuah pulau jauh letaknya dari potensi gempa dan lainnya.

Seberapa kuat pun pondasi bangunan di sebuah pulau belumlah cukup untuk menghindari kita dari bahaya bencana alam sebagai kuasa Yang Maha Pencipta.

Kapal-kapal yang mengantar wisatawan banyak yang tidak berijin dan jika pun ada, kelengkapan di kapal seperti pelampung dan lifebuoy, liferaft tidak disediakan, dan tidak ada yang mempermasalahkan itu hingga saatnya hal yang tak terduga terjadi.

Perijinan kapal seperti SIUPAL, SIOPSUS dan lainnya selain masih banyak yang belum mendapatkannya juga masih ada yang tidak selamanya menerapkan standar keamanan di laut yang yang telah dianjurkan seperti standar SOLAS (Safety of Life At Sea).

Keberadaan kapal-kapal tanpa ijin dan mengangkut wisatawan dari daratan utama ke destinasi wisata pulau juga perlu ditinjau kembali terutama pada perijinannya serta kelengkapannya dan dari sisi kita  sebagai wisatawan juga sebaiknya tidak hanya menerima keadaan kapal yang tidak memiliki perlengkapan keselamatan yang memadai, ingat tidak ada bengkel di laut.

Sistem dari kebandaran laut kita sudah cukup bagus dimana semua kapal yang akan berlayar harus ijin dari syahbandar (clearance) namun syaratnya harus ada surat-surat kapal dan lainnya dan inilah yang tidak dimiliki oleh beberapa kapal wisata saat ini.

Kegunaan dari clearance adalah sama dengan angkutan udara, data kapal dan manifest penumpang akan terdata sehingga bila terjadi kecelakaan dilaut maka mereka sudah memiliki data para penumpang yang ada pada kapal tersebut.

Keselamatan wisatawan terkadang terlewati baik oleh pelaku wisata dan juga oleh kita sendiri sebagai wisatawan dengan mengabaikan dan menerima keadaan begitu saja terutama potensi bencana alam.

Perijinan bangunan di destinasi wisata terutama di pulau sebaiknya melihat juga dari aspek lokasi pulau, baik dari sisi geologi maupun jaraknya dengan pulau yang lebih besar didekatnya atau daratan utama, hal ini bisa berguna untuk menyiapkan rencana jalur evakuasi saat bencana terjadi.

Alasan untuk tidak menakuti para wisatawan akan potensi bahaya gempa justru akan membawa dampak yang lebih besar lagi, dilain sisi apabila wisatawan sudah memahami bahwa lokasi tersebut rawan akan gempa tapi melihat adanya persiapan dan antisipasi jalur evakuasi dan fasilitas yang tersedia disana cukup meyakinkan, hal itu justru akan mengurangi kekhawatiran wisatawan.

Informasi atau handbook pada wisata pulau sebaiknya juga memberikan informasi sejarah dari pulau tersebut terutama informasi bencana alam yang pernah terjadi, bukan untuk menimbulkan ketakutan namun justru memberikan kesadaran kita semua baik pelaku wisata dan wisatawan untuk saling menjaga dan menyiapkan diri untuk mengantisipasi bila bencana terjadi.

Covid-19 bukan juga satu-satunya virus yang ada dalam kehidupan kita dimana banyak lagi virus yang sudah ada dan mungkin pernah menjadi pandemi di beberapa daerah, kita tidak pernah tahu sebelumnya karena tidak adanya informasi.

Pariwisata sebagai Komunitas efektif merubah hal

Pariwisata adalah sebuah komunitas terbesar di dunia yang anggotanya adalah semua wisatawan, ini menjadikan pariwisata menjadi komunitas yang sangat efektif dalam mempromosikan aksi-aksi positif dalam menjaga dan memberikan rasa aman kepada kita semua dan juga dalam melestarikan alam.

Beberapa aksi yang telah dilakukan seperti pengurangan emisi, penggunaan plastik dihentikan dan lainnya adalah contoh bahwa pariwisata adalah komunitas terbesar yang ekftif untuk membuat perubahan dan dengan dimulai dari kebenaran.

Perijinan boleh dipercepat untuk alasan tertentu namun apabila kawasan yang menjadi lokasi pembangunan merupakan kawasan rawan gempa dan tidak layak untuk membangun, sebaiknya dipertimbangkan kembali perijinannya.

Ahli geologi di Indonesia banyak jumlahnya dan mereka memiliki data yang lebih akurat dari semua instansi kepariwisatawan yang ada sehingga sebaiknya suara mereka tidak hanya didengar melainkan juga diperhitungkan. Kita jangan pernah lupa lokasi Indonesia ini pada Cincin Api.

Kita sebagai wisatawan yang merupakan anggota komunitas terbesar didunia ,sebaiknya juga mulai banyak belajar dan memahami destinasi wisata dan sektor pendukung lainnya dari segala aspek, tidak hanya berdasarkan trending yang sedang berlaku pada destinasi tersebut saja.

Responsif dengan apa yang kita lihat dan jangan ragu untuk memberikan anjuran kepada para pelaku wisata yang bandel.

Mungkin masih banyak hal yang terjadi pada pariwisata kita yang perlu diperbaiki atau ditata ulang yang tidak hanya akan memberikan kepercayaan dari para wisatawan saja tapi memberikan rasa aman dan nyaman.

Pandemi ini juga sebaiknya momen kita semua untuk memperbaiki tidak hanya pada sektor kesehatan saja tapi secara menyeluruh dan jangan tergesa-gesa dalam menentukan segala hal, berlari boleh asal jangan gegabah.

Bagi sebuah desintasi wisata, memberikan rasa aman tidak hanya dapat dilihat dari bagaimana mereka mempersiapkan diri dalam keadaan yang belum terjadi tapi juga dari usaha yang telah dilakukan dalam antisipasi dan penanggulan dari kejadian sebelumnya, hal ini akan membuat destinasi menjadi lebih siap.

Kita sudah punya modal yang cukup besar pada pariwisata dengan keranekaragaman budaya, tradisi dan kearifan lokal, sekarang tinggal bagaimana kita mengelola modal tersebut untuk terus mengembangkan pariwisata kita dengan tidak hanya berdasarkan pada kepercayaan saja tapi juga keselamatan dan kenyamanan.

Mudah-mudahan pariwisata Indonesia di kenormalan baru tidak hanya dalam sektor kesehatan tapi juga pada semua hal.

Maju terus Pariwisata Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun