Kalau kita melihat pulau atau pasir diseluruh dunia akan terlihat sama bentuknya namun tidak demikian bila kita melihat budaya, tradisi dan adat istiadat.
Para turis melakukan liburan di sebuah daerah tidak hanya untuk melihat keindahan alam tapi mereka akan lebih senang apabila dapat ikut serta dalam kegiatan lokal sebuah daerah seperti belajar bertenun, batik atau memasak makanan khas daerah.
Bila turis berpegian selama 2 minggu ke berbagai destinasi wisata di Indonesia, mereka akan melihat bermacam-macam kegiatan lokal dan ribuan jenis makanan khas daerah.
Untuk membangun Nation Branding dalam sektor pariwisata, kita melihat dari dua hal yaitu wajah dan reputasi dari pariwisata sebuah negara.
Kita bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan modal utama untuk mengembangkan pariwisata nya yaitu keanekaragaman budaya, tradisi dan adat istiadat dan modal tersebut adalah modal awal dalam membangun Nation Branding yang mempresentasikan bangsa kita yang terdiri dari berbagai macam kebudayaan, tradisi dan adat istiadat hidup bersama dalam keharmonisan.
Tapi tunggu, modal awal tidaklah cukup untuk berhasil membangun Nation Branding, itu hanya menampilkan wajah dari negara kita, belum menunjukan reputasi bangsa kita di kalangan turis.
Bagaimana menunjukan reputasi kita dalam pariwisata ? jawabannya ada pada pelayanan.
Pelayanan kepada turis yang buruk akan memberikan reputasi buruk kepada dunia pariwisata, bahkan bisa terjadi dalam hitungan menit di jaman media sosial saat ini.
Keramahtamahan masyarkat lokal dalam membangun hubungann emosional dengan para turis dengan mengajak mereka dalam berpartisipasi dalam kegiatan lokal adalah salah satu contoh cara memberikan kepuasan kepada turis.
Hubungan emosional turis dengan masyarakat dapat berujung pada aliran modal masuk ke daerah tersebut saat turis memutuskan untuk tinggal di daerah tersebut karena kecintaannya pada daerah dan masyarkat disana.
Branding 'Unity in Diversity' yang sudah diterapkan oleh Kementrian Pariwisata dalam berbagai pameran wisata di seluruh dunia adalah bukti bahwa Indonesia terdiri dari perbedaan yang menyatu walau kini kata-kata tersebut sudah jarang terdengar lagi dan dunia pariwisata, entah mengapa.