Mohon tunggu...
Ahmad Mudai
Ahmad Mudai Mohon Tunggu... Jurnalis - Minat dalam bidang Ekonomi energi, lingkungan, moneter, agrikultur

~ Menginspirasi Membangun Negeri ~

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Urban Farming, Reformasi Bertani dalam Melawan Pandemi

7 September 2020   21:20 Diperbarui: 7 September 2020   22:28 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Regenerasi Petani, Sudah Krisis ?

Sebelum pandemi covid 19 mengancam ketahanan pangan, potensi krisis ini sudah besar sebab rendahnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ketertarikan bekerja di sektor pertanian terus mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2019 menurun sebesar 1,46 persen menjadi 27,6 juta orang, jika dilihat dari tahun 2017 maka sudah mencapai angka 2,35 persen.

Krisis regenerasi petani tersebut semakin nampak ketika dilihat dari kelompok usia yang bekerja di sektor pertanian. BPS dalam survei pertanian antar sensus (sutas) tahun 2018 melaporkan jumlah petani yang berusia 45-54 tahun mencapai sekitar 7,8 juta orang. Sementara jumlah petani muda dibawah usia 25 tahun terbilang kecil yaitu hanya 191 ribu orang. Kelompok tidak produktif pada usia 65 tahun keatas bahkan terbilang tinggi sekitar 4,1 juta orang. Lainnya, pada usia 25-34 tahun sebesar 2,7 juta orang, usia 35-44 tahun sekitar 6,5 juta orang, dan usia 55-64 mencapai 6,2 juta orang.

sumber : https://news.detik.com/foto-news/d-4786021/konsep-urban-farming-jadi-inovasi-berkebun-di-ibu-kota/8?zoom=1
sumber : https://news.detik.com/foto-news/d-4786021/konsep-urban-farming-jadi-inovasi-berkebun-di-ibu-kota/8?zoom=1

Reformasi Bertani Setelah Pandemi

Wabah ini membuat efek domino di seluruh dunia karena menimbulkan kematian, kemiskinan dan kelaparan. Pemerintah telah banyak memberikan stimulus mulai dari bantuan tunai, restrukturisasi kredit hingga bantuan alat produksi bagi petani. Kebijakan tersebut bertujuan sebagai jaring pengaman sosial agar konsumsi masyarakat terjaga. Namun, virus corona ternyata semakin menguat dan menunjukkan ketangkasannya. Akhirnya pemerintah kewalahan sehingga memberlakukan new normal atau budaya hidup baru dengan harapan perekonomian kembali berjalan.

Ketidakpastian akan berakhirnya pandemi Covid-19 menyebabkan masyarakat harus bisa bertahan ditengah berkurangnya pendapatan. Dengan berbagai masalah seperti penurunan produksi padi, luas lahan pertanian hingga krisis regenerasi petani mendorong partisipasi masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan. Salah satu metode yang bisa diterapkan oleh rumah tangga adalah urban farming.

Segala kegiatan bertani, beternak, berkebun, perikanan, bahkan menanam di dalam pot yang dilakukan di perkotaan disebut urban farming. Sistem budidaya ini sangat prospektif mengingat tingkat urbanisasi di Indonesia yang sangat tinggi. World Bank pada tahun 2019 memproyeksikan akan terjadi peningkatan urbanisasi di Indonesia sebesar 70 persen atau sekitar 220 juta orang. Sebab itu, metode ini relevan jika diterapkan di perkotaan tanpa perlu lahan yang luas.

Dikutip dari detikhealth.com, Peneliti Ekofisiologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Dr Nuril Hidayat mengatakan meskipun pepohonan besar lebih efektif menyerap polutan, namun untuk solusi di perkotaan dengan lahan yang sempit bisa diupayakan dengan urban farming. Metode ini juga bisa mengurangi sampah rumah tangga yang dapat diolah menjadi pupuk organik, kemudian pupuk tersebut menjadi nutrisi untuk kesehatan tanaman.

Potensi krisis pangan semakin masif terjadi ketika masyarakat hanya bergantung pada pemerintah. Perlu adanya kesadaran bergotong-royong dengan menanam tanaman di pekarangan rumah. Kegiatan tersebut dapat menjaga kebutuhan konsumsi dan mengurangi beban negara ditengah wabah. Maka, Indonesia nanti akan lebih mandiri secara pangan sehingga bisa mengurangi kemiskinan, kelaparan, dan berdaulat dalam sektor pertanian.

Referensi

  1. Tirto.id. (2018, 25 September). Swasembada Beras ala Soeharto: Rapuh dan Cuma Fatamorgana. Diakses pada 13 Juni 2020, dari https://tirto.id/swasembada-beras-ala-soeharto-rapuh-dan-cuma-fatamorgana-c2eV
  2. Tirto.id. (2017, 12 Juli). Target Kedaulatan Pangan Jokowi yang Gagal Dicapai. Diakses pada 13 Juni 2020, dari https://tirto.id/target-kedaulatan-pangan-jokowi-yang-gagal-dicapai-csuG
  3. Badan Pusat Statistik (BPS). Impor Beras Menurut Negara Asal Utama, 2000-2019. Diakses dari https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1043/impor-beras-menurut-negara-asal-utama-2000-2019.html pada tanggal 13 Juni 2020.
  4. Badan Pusat Statistik (BPS). Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi Menurut Provinsi, 2018-2019. Diakses dari https://www.bps.go.id/dynamictable/2019/04/15/1608/luas-panen-produksi-dan-produktivitas-padi-menurut-provinsi-2018-2019.html pada tanggal 13 Juni 2020.
  5. Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018. Diakses dari https://www.bps.go.id/publication/2019/10/31/9567dfb39bd984aa45124b40/hasil-survei-pertanian-antar-sensus--sutas--2018-seri-a2.html pada tanggal 13 Juni 2020.
  6. Liputan6.com. (2020, 30 April). Didanai BUMN, Kementan Bakal Cetak Sawah Baru di Kalimantan. Diakses pada 14 Juni 2020, dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/4241317/didanai-bumn-kementan-bakal-cetak-sawah-baru-di-kalimantan
  7. Cnnindonesia.com. (2020, 8 Mei). Lokasi Program Cetak Sawah Jokowi Bisa Rusak Ekosistem. Diakses pada 14 Juni 2020, dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200508134936-20-501296/lokasi-program-cetak-sawah-jokowi-bisa-rusak-ekosistem
  8. Worldbank.org. (2019, 3 Oktober). Augment, Connect, Target: Realizing Indonesia’s Urban Potential. Diakses pada 14 Juni 2020, dari https://www.worldbank.org/en/country/indonesia/publication/augment-connect-target-realizing-indonesias-urban-potential
  9. Detikhealth.com. (2019, 30 Juli). Beragam Cara Hijaukan Jakarta, Urban Farming hingga Rooftop Garden. Diakses pada 14 Juni 2020, dari https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4645644/beragam-cara-hijaukan-jakarta-urban-farming-hingga-rooftop-garden

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun