Keempat: Tantangan Pemeliharaan dan Perawatan Teknologi; Perangkat teknologi membutuhkan pemeliharaan yang berkala agar tetap berfungsi optimal. Sayangnya, banyak sekolah tidak memiliki tenaga ahli yang mampu melakukan perawatan tersebut. Oleh karena itu, pelatihan teknis bagi staf sekolah perlu menjadi prioritas.
Kelima: Kurangnya Perencanaan yang Terintegrasi; Keterbatasan infrastruktur pendidikan juga disebabkan oleh kurangnya perencanaan strategis yang terintegrasi antara pemerintah pusat dan daerah. Diperlukan pendekatan yang lebih terkoordinasi dalam mengembangkan ekosistem pendidikan berbasis teknologi, termasuk menetapkan standar nasional untuk infrastruktur sekolah.
Keterbatasan infrastruktur pendidikan tidak hanya menghambat implementasi kurikulum deep learning tetapi juga memperlebar kesenjangan kualitas pendidikan di Indonesia. Jika tantangan ini tidak segera diatasi, cita-cita Indonesia Emas 2045 akan sulit tercapai.
Maka dari itu, beberapa hal perlu dipersiapkan: 1) Pemerataan Teknologi: Mengalokasikan dana APBN untuk pengadaan perangkat teknologi dan internet di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia; 2) Kemitraan dengan Sektor Swasta: Memanfaatkan CSR untuk mendukung pengadaan dan pemeliharaan infrastruktur pendidikan; 3) Peningkatan Logistik Pendidikan: Mengembangkan sistem distribusi perangkat teknologi yang efisien hingga ke wilayah terpencil; 4) Pelatihan Teknis: Menyediakan pelatihan bagi tenaga pendidikan untuk pemeliharaan perangkat teknologi; 5) Koordinasi Antar Pemerintah: Membuat perencanaan terintegrasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk memastikan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan.
Dengan langkah strategis ini, diharapkan seluruh siswa di Indonesia dapat menikmati akses pendidikan berbasis teknologi yang merata, sehingga visi Indonesia Emas 2045 dapat terwujud. Wallahu A'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H