Mohon tunggu...
Ahmad Abni
Ahmad Abni Mohon Tunggu... Guru - Manusia akan mencapai esensi kemanusiaannya jika sudah mampu mengenal diri melalui sikap kasih sayang

Compasionate (mengajar PPKn di MTsN Bantaeng)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasianer Arman Syarif Telah Pergi Selamanya

21 Januari 2021   09:35 Diperbarui: 21 Januari 2021   10:16 1258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dia sudah wakamad kurikulum di SMK Telkom Makassar, namun tetap aktif sebagai penulis termasuk di kompasiana. Tugas barunya sebagai wakamad kurikulum membuatnya bekerja keras memikirkan bagaimana proses pembelajaran tetap hidup dan berjalan. 

Termasuk dia telah mempersiapkan dua versi jadwal yakni versi pandemic dan versi situasi normal. Kurang tidur selama pandemik bukan hal baru baginya karena sewaktu di kampus sering begadang sambil diskusi tentang masalah sosial, filsafat, ekonomi dan agama.

dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
Dia seakan lengah akan kesehatannya yang terancam, berat badannya akhir-akhir ini kian menurun. Menurut pengakuan kakaknya semalam masih sempat menelpon kerabatnya dan sempat bercanda, tidur lewat jam 01.00 wita, subuh pun bangun sholat dan minum kopi sembari mempersiapkan diri untuk mengajar online. 

Setelah mengajar lanjut ke sekolah untuk menyelesaikan tugas berikutnya. Di sana dia rasakan keringat dingin menyerangnya. Empat orang temannya memijit badannya pun tidak mampu menghentikan sakit dada di bagian kirinya sampai bibirnya sudah mulai agak kaku dan minta pamit pulang. 

Dia pun sempatkan diri untuk cek out izin cepat pulang menggunakan kamera GPS, bahkan masih sempat menelpon sang kakak beberapa kali, tapi Hand Phone sang kakak tersailent. 

Pesan voice saja yang berhasil ia kirimkan, pesannya berbahasa daerah Jeneponto. "kakak, tolong kak, sakit sekali dadaku sebelah kiri". Kurang lebih seperti itu jika saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia.

dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
Dia pun sempat sampai di kediamannya dan disambut dengan rasa kaget dari sang istri. Dia pulang tidak seperti biasanya, sakit bahkan kejang-kejang tak sadarkan diri. 

Sambil menangis sang istri menelpon kakak almarhum yang tempat kerjanya tidak terlalu jauh dari kediamannya. Tak ada sepatah kata, hanya suara tangisan histeris.....

Kerumunan tetangga di kediaman almarhum membuat perasaan sang kakak tidak karuan, kaget berbaur heran. Di dalam rumah sang adik sudah terbujur.

dok. pribadi
dok. pribadi
Untuk lebih meyakinkan seraya bermohon ada keajaiban, diantarnyalah ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dengan alat pacu jantung. Beberapa perawat telah berbisik namun dokter tetap mencoba sampai enam kali. Sudah tak tertolong. 

Innalillahi wa Innailaihi rojiun. Rabu, 20 Januari 2021, kini engkau telah pergi dan tak akan kembali, engkau tinggalkan keluarga kecilmu, istrimu menangis tepat di sampingmu dan tak sanggup melepasmu. Putri kecilmu tak tahan menahan pandangannya, mungkin tak mampu melihat bapaknya yang pucat dan tak ada candanya lagi.

Istri dan anakmu, saudara-saudaramu, kerabat-kerabatmu, guru-gurumu dan juga siswa-siswamu masih berharap ada keajaiban engkau kembali melanjutkan karyamu, menunaikan segala cita-citamu. Puisi-puisimu di Kompasiana, buku yang telah kau terbitkan akan menjadi jariyah dan akan menjadi penanda ke-eksisanmu.

dok. pribadi
dok. pribadi
Masih banyak yang mengharap kehadiranmu. Namun Allah Sang Maha Al Muhyii lebih sayang dan mungkin sudah disiapkan tempat yang layak untukmu di alam berikutnya.

Sahabat-sahabatmu, Irwan Dg. Lili, Syahrul Dg. Tola, Awal Dg. Ngasa, Mahyudi, Ajeng, Uni, Neni dan Saya sendiri kini datang melayatmu, melepas kepergianmu. Begitupun doa-doa dari teman seangkatan di jurusan PPKn (Salamuddin, Alam, Ichal, Ikra, Ma'ruf, Erni, Ria, Ayu, Aida, Darma, Niar, wasrah, Surianty, Aena, dll) pun mengalir dengan penuh harap akan ampunan dari Sang Maha Kuasa.   

Ucapan belasungkawa dan doa mengiringi kepergianmu diberanda- beranda media sosial facebook ;

Alamsyah Kulle menulis di beranda Facebook;

Saudaraku......
Hari ini hanya bisa mengenangmu dengan sejuta memory yang kau tinggalkan......
Sahabatku yang baik.....
Teringat kalau kita bersama menginjakkan kaki di Pelataran UNM,, diospek bersama.....
Semua dilalui dengan suka dan ria....
Bersenandung bersama dalam majelis ilmu....
Dalam diam saya mengagumi perjalanan kariermu...
Di UNM khususnya FEIS Gunung sari engkau salah satu yang kukagumi sebagai SINGA Jalanan pada waktu itu,, tentu  
Salamuddin Uwar adalah pendamping yang tak lekang dizaman itu....
Dalam diam pun saya kagum dengan perjalanan kerohanianmu,, begitu ber fluktuatif dalam pencaharianmu.....
Di HPMT kita banyak menghabiskan waktu...
KOPI adalah sarana paling menyejukkan untuk menyapamu dalam diskusi.....
Hari ini sisa foto dan kenangan indah tentangmu...
Sebagai sahabatmu "saya bersaksi engkau orang baik saudara,, tawadhu,, bersahaja" Innalillahi wainnailaihi rojiun.....
Alfatihah untukmu.....

Edi Sutanto menulis di beranda Facebook;

Innalillaahi Wainna Ilaihi Rojiun... Selamat jalan dinda Arman Syarif , Sesungguhnya sy bersaksi engkau orang yang baik. Semoga Allah swt mengampuni dosa2 dan melapangkan kuburmu. Alfatihah. 

NB. Ini saat berada di toko buku Alfarabi Makassar

Sulhan Yusuf Daeng Litere menulis di beranda Facebook;

Jujur saya sedih, di tengah kondisi tubuh yang kurang sehat, saya mendengar seorang junior berpulang pada keabadian, dalam usia yang masih muda dan produktif menulis, Arman Syarif, penulis buku "Republik yang Sedang Oleng".


Andi menulis di beranda Facebook;

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Al Fatiha. Semoga husnul khatimah. Diampuni segala dosa-dosa almarhum, diterima semua amal baiknya serta dilapangkan kuburnya. Amin.

Selamat jalan Kanda Armand Syarif, saya bersaksi engkau adalah orang baik. Sangat sedih dengan kepergiannya. Dan saya menyesal tidak sempat bersua waktu pulang ke Makassar. Padahal ada banyak waktu untuk itu.

Kini engkau telah pergi menuju jalan keabadian. Engkau mati muda, sebagaimana kata-kata Soe Hok Gie yang sering engkau kutip "Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda".

Tenanglah di sisiNya.

dok. Arman Syarif
dok. Arman Syarif
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi
dok. pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun