Seperti yang ramai diberitakan berbagai media nasional maupun Internasional bahwa dunia diprediksi akan mengalami resesi pada kisaran tahun 2023. Hal ini juga selaras dengan apa yang disampaikan oleh menteri keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati beberapa waktu lalu. Krisis yang terjadi selain merupakan dampak dari inflasi juga merupakan akibat perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Hampir semua negara terdampak pada ekonomi termasuk Indonesia. Inflasi yang ada membuat nilai tukar mata uang lokal semakin melemah terhadap mata uang asing.Â
Resesi yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2023 merupakan kehawatiran bagi banyak negara di dunia termasuk Indonesia. Kita tahu bahwa pandemi covid-19 yang menghantam negeri ini belum juga tuntas walaupun sudah ada tanda keadaan yang membaik.Â
Kenaikan bahan bakar minyak atau BBM yang berlaku sejak awal September lalu juga turut menjadi pemicu kenaikan berbagai produk bahan pangan dan komoditas lainnya yang untungnya diikuti oleh kebijakan bantuan langsung tunai (BLT) oleh pemerintah. Kita tentu tidak ingin resesi menambah beban hidup masyarakat dunia dan juga Indonesia khususnya.Â
Di dalam mengatasi sebuah krisis ekonomi, tentu sejarah telah banyak memberikan pelajaran dan bentuk model upaya pencegahan dan perbaikan yang dapat dijadikan solusi terhadap ancaman resesi.Â
Kita tahu bahwa 1998 kita pernah dilanda krisis moneter yang sudah menjadi rahasia umum dikabarkan masih sangat membekas di hati masyarakat yang pada selanjutnya perlahan hal itu dapat dilalui.Â
Selain model perbaikan reformasi ekonomi pemerintah di kala itu seperti memonopoli cengkeh, perbaikan sistem perbankan dan restrukturisasi keuangan swasta sebagai solusi bangkitnya kita dari krisis 1998 adakalanya juga kita perlu melirik strategi nabi Muhammad SAW yang juga merupakan seorang pemimpin negara Arab dalam menghadapi krisis ekonomi di masa nya.Â
Muhammad SAW, selain sebagai presiden di masanya, merupakan nabi terakhir yang juga merupakan seorang rasul dalam agama Islam. Beliau diberi wahyu al-Qur'an sebagai pedoman bagi semesta alam.Â
Dalam menjalankan pemerintahan, beliau juga sempat dilanda krisis ekonomi yang berdampak pada perekonomian negara dan rakyat Arab pada waktu itu. Krisis yang terjadi di Madinah saat itu disebabkan karena telah mengakarnya sistem ekonomi kapitalis, propaganda Yahudi dalam menghalangi dakwah dan perang Tabuk. Nampaknya beliau juga menerapkan beberapa kebijakan sebagai strategi menghadapi krisis.Â
Paling tidak ada dua agenda utama nabi dalam menghadapi krisis yang terjadi di Madinah. Pertama adalah dengan memperkuat potensi sumber penghasilan masyarakat terutama sektor pertanian yang saat itu merupakan sumber penghasilan utama. Muhammad SAW lebih fokus dalam mengelola program yang berkaitan dengan pertanian masyarakat ketimbang sektor tambang atau lainnya.Â
Bahkan agar masyarakat bersemangat untuk bertani, nabi mengatakan bahwa bertani merupakan kegiatan sedekah sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang berarti 'Setiap orang Islam yang menanam suatu tanaman kemudian dimakan oleh burung, manusia atau binatang, maka dihitung sebagai sedekah".Â
Kedua, strategi Muhammad SAW dalam menghadapi krisis yakni dengan melakukan nasionalisasi harta umum atau publik yang diperuntukan bagi masyarakat luas. Harta publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak di Madinah saat itu tidak dikuasai oleh perseorangan melainkan dipegang oleh negara. Di antara harta publik yang dikuasai negara saat itu antara lain adalah padang rumput dan air.Â